Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mangunsarkoro, Dari Sekolah Teknik ke Sekolah Guru, Lalu Menjadi Menteri

3 Oktober 2018   20:57 Diperbarui: 4 Oktober 2018   05:44 2934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung pameran (Dokpri)

Setelah April 2018 lalu didiskusikan, mulai 3 Oktober 2018 Museum Sumpah Pemuda menyelenggarakan pameran tokoh bertema "Sarmidi Mangunsarkoro, Pendidik dan Pejuang Tiga Zaman". 

Acara didahului laporan dari Kepala Museum Sumpah Pemuda, Ibu Huriyati. Selanjutnya pengumuman pemenang lomba karya tulis ilmiah tentang sumpah pemuda oleh para guru. Turut memberikan sambutan dalam kegiatan itu Ibu Ani dari keluarga Mangunsarkoro. Sambutan terakhir diberikan oleh Ibu Dedah R. Sri Handari, Kasubdit Permuseuman, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.

Setelah dari panggung, para undangan diajak menuju auditorium. Ibu Dedah, Ibu Huriyati, dan Ibu Ani, secara bersama-sama melakukan pengguntingan pita tanda peresmian pameran. Direncanakan pameran akan berlangsung selama sebulan, tepatnya sampai 3 November 2018.

Ruang pameran (Dokpri)
Ruang pameran (Dokpri)
Lima topik

Di ruang pameran, para undangan dipandu Mas Bakhti, yang sehari-hari memang edukator di Museum Sumpah Pemuda. Ada lima topik yang disajikan dalam pameran. Kelima topik itu disajikan dalam belasan panel. Topik pertama tentang "Keluarga dan Pendidikan". Diceritakan, Sarmidi berasal dari keluarga priyayi. 

Karena itu pendidikan Sarmidi cukup baik. Ia pernah menempuh pendidikan di sekolah teknik mengambil Teknik Bangunan Air. Di situ ia bergabung dengan organisasi kepemudaan Trikoro Darmo  yang kemudian menjadi Jong Java. Nah, soal Sarmidi Mangunsarkoro saya pernah menulis di Di Sini.

Setelah dari sekolah teknik, ia melanjutkan ke sekolah guru. Ketika di perguruan tinggi, ia memasuki Fakultas Hukum karena tertarik Ilmu-ilmu Sosiologi.

Memorabilia tentang Sarmidi Mangunsarkoro (Dokpri)
Memorabilia tentang Sarmidi Mangunsarkoro (Dokpri)
Tamansiswa

Topik kedua tentang "Perjuangan di Tamansiswa". Dikisahkan, setelah lulus dari sekolah guru di Jakarta, ia kembali ke Yogyakarta dan mengajar di Tamansiswa. Selain aktif di Jong Java cabang Yogyakarta, ia ikut mendirikan organisasi Pemuda Indonesia cabang Yogyakarta. Karena itu pada Kongres Pemuda ke-2 27-28 Oktober 1928 di Jakarta, Sarmidi Mangunsarkoro terlibat di dalamnya. Bahkan ia menyampaikan pidato berjudul "Pentingnya Pendidikan Kebangsaan bagi Pemuda".

Pada 1929 Sarmidi Mangunsarkoro pindah ke Jakarta. Atas restu Ki Hadjar Dewantara, Sarmidi mendirikan Perguruan Tamnsiswa di Jalan Garuda.

Salah satu materi pameran (Dokpri)
Salah satu materi pameran (Dokpri)
Pergerakan politik

Dalam panel "Peran dalam Pergerakan Politik" diceritakan, pada 1928 Sarmidi bergabung dalam Partai Nasional Indonesia (PNI). Namun pada 1931 PNI dibubarkan oleh pemerintah Hindia-Belanda. Kemudian ia bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo). Partindo pun bernasib sama dengan PNI, sehingga Sarmidi berjuang melalui Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo).

Pada topik "Zaman Kemerdekaan" diceritakan Sarmidi Mangunsarkoro mendapat kepercayaan menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pada Kabinet Hatta II Agustus 1949-Januari 1950, lanjut pada Kabinet Halim Januari 1950-September 1950.

Sarmidi Mangunsarkoro yang lahir pada 23 Mei 1904, meninggal pada 8 Juni 1957. Tercatat ia pernah mendapat Bintang Mahaputra Adipradana  dan gelar Pahlawan Nasional pada 2011. Demikian menurut topik kelima "Akhir Hayat".

Selain panel informasi, dalam pameran diperlihatkan beberapa foto koleksi keluarga, beberapa piagam, dan pakaian beliau. Turut hadir dalam pameran, narasumber Rushdy Hoesein dan Djoko Marihandono serta beberapa kepala museum.

Menurut Kepala Museum Sumpah Pemuda Ibu Huriyati, penyelenggaraan pameran bekerja sama dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Jadi selama waktu penyelenggaraan, berbagai sekolah  akan diundang ke museum. Meskipun begitu, secara perorangan para pelajar pun diperkenankan datang. Alamat museum Jalan Kramat Raya 106, Senen, Jakarta Pusat.  

Di Jakarta nama Sarmidi Mangunsarkoro diabadikan sebagai nama jalan Ki Mangunsarkoro di daerah Menteng.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun