Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lewat Museum, Kita Merajut Kerukunan Hidup Berbangsa

20 Oktober 2017   06:04 Diperbarui: 20 Oktober 2017   09:12 1292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemuda dari berbagai etnis mengikrarkan Sumpah Pemuda 1928 tergambar lewat panel informasi di Museum Sumpah Pemuda (Dokpri)

Koleksi Museum Nasional, misalnya, menginformasikan tentang perjalanan sejarah budaya bangsa Indonesia dari masa prasejarah, masa Hindu-Buddha, masa Islam, dan masa Kolonial. Di museum ini masyarakat juga dapat melihat hasil karya berbagai etnis yang ada di Indonesia.  

Museum sebagai pusat penelitian berarti keberadaan museum bukan hanya tempat menyimpan benda-benda bernilai penting. Tetapi tempat para mahasiswa atau akademisi melakukan kajian guna mempelajari perkembangan budaya suatu bangsa, kelompok, atau masyarakat.

Museum sebagai media pembelajaran berarti museum harus dapat dijadikan sarana untuk memahami budaya dan sejarah suatu masyarakat, kelompok, atau bangsa oleh segala golongan secara terbuka. Museum berperan pula dalam dunia pendidikan. Belajar lewat cara ini dipandang lebih bermakna karena adanya keterkaitan antara materi yang disampaikan dengan apa yang dapat dilihat peserta didik di lingkungannya secara nyata. 

Keberadaan museum tidak boleh lepas dari tiga pilar permuseuman, yakni mencerdaskan bangsa, mengidentifikasikan dan membentuk kepribadian bangsa, serta menanamkan konsep ketahanan nasional dan wawasan Nusantara. Ketiga pilar merupakan landasan kegiatan operasional museum yang dibutuhkan di era globalisasi ini. Pada saat masyarakat mulai kehilangan orientasi akar budaya atau jati dirinya, maka museum dapat mempengaruhi dan memberi inspirasi tentang hal-hal penting yang harus diketahui dari masa lalu untuk menuju ke masa depan.

Koleksi dan museum diyakini merupakan 'jantung' sebuah museum. Pengunjung datang ke museum tidak lain untuk 'mencocokkan' pengetahuan atau 'mendapatkan pengalaman baru' tentang apa yang ia telah ketahui. Untuk itu museum harus mampu menyajikan pesan dan nilai secara demokratis dan wajar.

Masyarakat menaruh harapan besar kepada museum agar lembaga ini mampu menyediakan informasi yang terpercaya. Hasil penelitian di Universitas Indiana, sebagaimana dikemukakan Dr. Daud Aris Tanudirdjo, museum dianggap sumber informasi sejarah yang lebih dapat diandalkan dibanding buku, guru, atau kesaksian pribadi.  

Museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban manusia. Untuk itu museum tidak hanya bergerak di sektor budaya dan sejarah, tetapi sangat luas, seperti di sektor ekonomi, politik, sosial, dan iptek. Selain itu museum merupakan wahana yang memiliki peranan strategis terhadap penguatan jati diri (identitas) masyarakat.

Diharapkan museum mampu menjadi mediator dan menciptakan peradaban yang multikultural. Bahkan membantu generasi muda menjadi benteng untuk menuju patriotisme dan nasionalisme menghadapi arus globalisasi. Lewat museum, kita merajut kerukunan hidup berbangsa.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun