Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Gobog Wayang, Koin Kuno dari Jawa yang Dibawa Raffles ke London

28 Desember 2016   06:17 Diperbarui: 29 Desember 2016   05:17 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koin terakota dar4i situs arkeologi Trowulan, Jawa Timur (Dok. Puji Harsono)

Pendapat lain dikemukakan oleh Chaudoir. Dia mengatakan bahwa koin gobog wayang adalah semacam 'temple medals' yang mirip dengan koin-koin candi yang serupa dari Tiongkok dan Jepang. Selanjutnya Netscher dan van der Chijs mengatakan bahwa koin gobog wayang dibuat sesuai dengan tradisi Hindu Buddha pada zaman pra-Islam di Jawa. Mereka juga mendapat penjelasan dari orang-orang tua Jawa, yang mengatakan bahwa gobog adalah koin yang dulu pernah beredar sebagai alat pembayaran. Satu gobog sama dengan 5 keteng (koin cash Tiongkok yang dulu umum beredar di Jawa). Sementara 400 gobog sama dengan satu Dirham perak dan 4000 gobog setara dengan satu Dirham emas.

Salah satu jenis gobog wayang (Dok. Puji Harsono)
Salah satu jenis gobog wayang (Dok. Puji Harsono)
Millies justru mengatakan sebaliknya. Dia berargumen bahwa gobog wayang bukan termasuk mata uang dan waktu itu tidak dipakai sebagai alat tukar-menukar. Koin gobog wayang adalah semacam jimat, yang merupakan tiruan dari koin-koin candi dari Tiongkok, tetapi menggambarkan legenda-legenda kuno Jawa pada zaman dulu. Menurutnya, cerita wayang dimulai setelah pengenalan Islam di Jawa, sehingga dapat disimpulkan bahwa koin-koin gobog wayang dibuat kira-kira pada abad ke-16.

Pada bagian lain Millies mengklasifikasikan koin-koin gobog wayang dalam beberapa tipe. Koin wayang dengan gambar lelaki dan perempuan di bawah pohon, menurutnya, adalah jenis koin gobog wayang yang paling tua. Anehnya setelah pendapat Millies dilansir pada 1871, hampir tidak ada pendapat-pendapat lain yang berarti mengenai koin wayang itu. Setelah berjalan selama 128 tahun, argumentasi terbaru muncul dari Joe Cribb (1999).

Dalam bukunya Magic Coins of Java, Bali and the Malay Peninsula, Cribb memberikan pendapat bahwa koin gobog wayang adalah sebuah benda dengan bentuk dan desain yang berunsur magis. Cribb juga membedakan koin-koin wayang dalam beberapa klasifikasi, misalnya koin wayang dengan gambar lelaki dan perempuan di bawah pohon adalah gambaran cerita tentang Panji Semirang. Panji Semirang adalah sebuah cerita Jawa Kuno tentang kisah cinta antara Raden Inu Kertapati dari Kerajaan Kuripan dengan Candra Kirana dari Kerajaan Daha. Karena rasa iri hati Galuh Ajeng dan kesewenang-wenangan ayahnya, Candra Kirana melarikan diri dan akhirnya menyamar sebagai laki-laki dengan nama Panji Semirang Asmarantaka. Panji selalu ditemani oleh dua wanita pengikutnya yang setia, yaitu Ken Bayan dan Ken Saggit, yang juga menyamar sebagai laki-laki.

Menurut Puji Harsono yang aktif di Asosiasi Numismatika Indonesia, sebenarnya masih banyak temuan baru yang sampai sekarang belum pernah dilakukan penelitian secara lebih mendalam. Temuan-temuan baru yang berupa koin dengan bentuk dan desain yang berbeda dengan jenis-jenis sebelumnya, umumnya ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Contoh lainnya adalah temuan semacam cap dari terakota yang diperoleh dari daerah Trowulan, Jawa Timur. Diperkirakan dulunya Trowulan merupakan ibukota Majapahit. Bermacam-macam gambar terdapat pada terakota itu, antara lain laba-laba, gajah, dan lelaki-perempuan sedang berhadap-hadapan.

Walaupun para ahli telah mengemukakan pendapat, namun hingga sekarang belum dapat diketahui dengan pasti, kapan dan apa guna koin gobog wayang tersebut. Mudah-mudahan para peneliti dan numismatis Indonesia bisa bahu-membahu menjawab misteri tersebut.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun