Banyak orang sering bilang, “Tiada tempat indah selain Bandaneira”. Bandaneira memang selalu disebut sebagai surga indah di timur Indonesia. Perairan Laut Banda menyimpan kekayaan laut yang memesona. Di sini juga terdapat beberapa titik menyelam yang mengasyikkan. Lautnya dalam dan bersih, karena itu disukai wisatawan. Bandaneira merupakan bagian dari Kepulauan Banda.
Aktivitas snorkeling banyak dilakukan di sini, terutama untuk menikmati indahnya terumbu karang dengan berbagai bentuk. Di dalam laut terdapat 300-an biota, termasuk ikan dan hewan-hewan lain.
Selain obyek di dalam air, masih banyak obyek di daratan. Dalam sejarah Indonesia, Bandaneira dikenal sebagai tempat pembuangan pejuang kemerdekaan. Moh. Hatta (kelak menjadi Wakil Presiden RI) dan Sutan Sjahrir (kelak menjadi Perdana Menteri RI), pernah diasingkan pada 1936-1942. Sebelumnya Tjipto Mangunkusumo (1928) dan Iwa Kusumasumantri (1930) dihukum buang di sini.
Jejak Moh. Hatta dan Sutan Sjahrir masih bisa disaksikan karena rumah tempat mereka berdua diasingkan itu tetap dilestarikan. Arsitektur asli bangunan menjadi daya tarik buat pengunjung. Rumah pengasingan masih dilengkapi benda-benda yang digunakan kedua tokoh, seperti pakaian, mesin tik, dan perlengkapan rumah tangga.
Tidak jauh dari sini terdapat Istana Mini yang pada abad ke-18 dijadikan tempat tinggal dan kantor Gubernur VOC. Gedung ini berukuran cukup besar. Sejumlah lembaran sejarah masih tersisa, seperti lubang bekas tembakan meriam dan surat seorang tentara Portugis sebelum mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di gedung tersebut. Karena tidak ada alat tulis, surat tentara Portugis itu diguratkan pada kaca jendela menggunakan cincin yang dipakainya.
Pala, Fuli,dan Benteng
Kepulauan Banda di Provinsi Maluku terdiri atas sepuluh pulau vulkanis, antara lain Lontor, Gunung Api, Neira, Ay, dan Pisang. Kota terbesarnya adalah Bandaneira atau Bandanaira, terletak di pulau dengan nama yang sama. Penduduk setempat selalu menyebutnya Neira. Sekitar 15.000 jiwa tinggal di kepulauan ini. Pada 2005 Kepulauan Banda didaftarkan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.
Dalam naskah kuno Nagarakretagama dari masa Kerajaan Majapahit (abad ke-14), Kepulauan Banda dikenal dengan nama Wanda. Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang singgah di Banda untuk membeli rempah-rempah pada 1512.
Neira bisa dicapai dari Ambon dengan pesawat berpenumpang sekitar 10 orang. Bandar udara yang terdapat di Neira memang kecil. Panjang landasannya hanya sekitar satu kilometer. Kapal laut tercepat membutuhkan waktu sekitar delapan jam dari Ambon. Biasanya kapal Pelni singgah di pelabuhan Neira, namun tidak setiap hari. Dengan kapal kayu dan sejenisnya bisa membutuhkan waktu 12 sampai 16 jam. Untuk mencapai pulau-pulau di sekitarnya dari Neira, tersedia banyak perahu motor.
Dulu Bandaneira merupakan pusat perdagangan. Hingga pertengahan abad ke-19 Kepulauan Banda merupakan satu-satunya sumber rempah-rempah berupa pala dan fuli (selaput tipis bagian tengah buah pala). Saat itu pala dan fuli merupakan komoditi paling banyak dicari di Kepulauan Banda. Negeri Rempah-rempah memang cocok disematkan kepada Banda.