Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

[Hari Uang] Kenali Sejarah Rupiah, Mulai dari Asal Kata 'Duit' Hingga Kemunculan Uang Error

30 Oktober 2016   06:46 Diperbarui: 31 Oktober 2021   06:30 3996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama rupiah pertama kali digunakan secara resmi ketika pemerintah Pendudukan Jepang mengeluarkan mata uang rupiah pada 1943. Jadi, sebelum Indonesia menjadi negara berdaulat penuh, masyarakat sudah mengenal kata rupiah. Ketika itu Dai Nippon Teikoku Seihu mengedarkan lima jenis pecahan, yakni setengah roepiah, satoe roepiah, lima roepiah, sepoeloeh roepiah, dan seratoes roepiah. Sebelumnya, di daerah yang disebut Indonesia sekarang, orang menggunakan mata uang Belanda.

Sebelum zaman Jepang, secara tersamar nama rupiah sudah dikenal. Diperkirakan mulai disebut pada uang setengah sen tahun 1860. Di situ tertulis, “Saporo rong-atus rupiyah” (seperduaratus rupiah). Nilai itu identik dengan setengah sen.

Sebenarnya uang kuno memiliki banyak fungsi. Kita bisa melacak sejarah perekonomian dan sejarah teknologi. Bahkan sejarah seni hingga sejarah kota. Mengingat mata-mata uang yang pernah beredar di Nusantara sejak berabad-abad lampau sangat berlimpah, sebaiknya kita memiliki museum uang yang lengkap, mulai dari alat tukar, uang zaman kerajaan-kerajaan kuno, uang masa penjajahan, uang revolusi fisik masa 1947-1949, hingga uang RI. Selamat ulang tahun Rupiah.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun