Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jalan-jalan ke Bangkok

11 September 2018   04:16 Diperbarui: 11 September 2018   12:06 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah membayar 200 Baht kami diajak berkeliling musium dengan dipandu oleh seorang guide khusus. Ratusan barang antik seperti guci, patung, lukisan, keramik, peta kuno, furnitur dan lain-lain menghiasi rumah musium tersebut.

Setelah melalui ritual keagamaan selama pembangunan rumahnya, barulah pada musim semi 1959 Jim Thompson pindah kerumah yang sekarang menjadi musium. Kemudian ia menghibahkan rumah beserta isinya kepada pemerintah Thailand dan dijadikan musium hingga saat ini. Konon Jim Thompson telah menghilang secara misterius tatkala mengunjungi Cameron Highlands di Malaysia pada tanggal 26 Maret 1967. 

Tidak ada petunjuk apapun mengenai hilangnya Jim Thompson sehingga tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi dengannya. Ia menghilang begitu saja bagaikan embun pagi. Namun warisannya yang sangat berharga ditinggalkannya untuk Thailand yang dicintainya.

Hari keempat, sebelum kembali ke Jakarta dengan penerbangan GA 869 pukul 17.15 kami menyewa Tuk-Tuk keliling Bangkok selama 3 jam dengan biaya 1.200 Baht. Berdasarkan pengalaman selama 4 hari di Bangkok ada sebuah catatan yang patut diungkapkan yaitu layanan taksi yang tidak menggunakan argo meter walaupin diatas mahkota taksi tertulis "Taximeter". Dalam prakteknya tarif taksi ditentukan oleh sopir taksi sesuai dengan keinginan mereka alias "semau gue".

 Walaupun ada antrian taksi melalui mesin pesan nomor urut (biasanya di mall atau bandara) namun pada saat masuk ke dalam taksi, langsung sang sopir sudah menetapkan tarifnya sendiri, argo meter tidak berlaku lagi. Misalnya, dari bandara Svarnabhumi ke hotel kami harus bayar 500 Baht padahal argonya 350 Baht, demikian pula kalau ke tempat lain argo meter tidak berlaku. Taksi yang beroperasi di Bangkok memang banyak, ada yang berwarna kuning-hijau, merah, biru, kuning saja, oranye, pink, hijau saja, tetapi semuanya tidak menggunakan argo, yang ada adalah argo "semau gue" .......


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun