Mohon tunggu...
Aryo Djendra
Aryo Djendra Mohon Tunggu... Karyawan Swasta

Aryo Djendra - YouTube channel

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Warisan Kisah tentang Pandemi Virus Covid-19

18 Juli 2020   14:27 Diperbarui: 18 Juli 2020   14:31 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bulan Juli 2020, meluncur 4 bulan dari awal Maret, pertama kali kasus Covid-19 muncul di Indonesia, dan tujuh bulan sejak kasus pertama di dunia akhir tahun 2019/awal tahun 2020 di Kota Wuhan China. Bagai sebuah cerita sinetron penuh kejutan, drama dan gimmick berseri yang selalu ditunggu to be continued-nya, kapan para Protagonis memenangkan perang dan memenangkan cinta.

Di awali dengan berjatuhannya korban di area publik, dengan bergelimangan orang-orang secara tiba2 di pasar, di Mall di jalan-jalan kota Wuhan China terinfeksi virus Covid-19, seperti (maaf) segerombolan orang-orang bermain sepakbola, hujan2 di lapangan terbuka yang tersambar petir secara tiba-tiba, secara massal....dweeeerrr!! berjatuhan...bergelimpangan satu per satu, dan terekan kamera TV yang tersebar cepat ke seluruh dunia, ngeri...dan evakuasi pun ambulance dengan para dokter dan perawat yang turun berbaju bagai astronot mau ke bulan, karantina, antisipasi penyebaran virus langsung, karena jika terkena akan mati seketika!!...dan saat itu para penonton di luar China, "just says...wow" menyalahkan dan langsung berkesimpulan bahwa penduduk Wuhan China sakit karena dirinya sendiri, karena mengkonsumsi makanan2 yang bagi orang2 normal itu makanan "aneh dan haram", seperti sop kelelawar, sate daging kucing ataupun sop kodok mentah. Virus Covid-19 hanya ada di Wuhan China.

Penyebaran virus Covid-19 mulai tak bisa dibendung, Pebruari 2020 Eropa, Amerika dan negara tetangga2 kita (Malaysia, Singapura dan Philipina) mengumumkan bahwa Virus Covid-19 menjadi wabah di negaranya dan banyak korban meninggal dikarenakan virus ini, tingkat penyebarannya yang masif menyerang seperti efek domino yang didorong pakai bola bowling, bukan efek teratur bagai deret hitung, tapi efek hancur. Lockdown/penutupan wilayah dan dilarang keluar rumah muilai dilakukan, Singapura lockdown, Vietnam lockdown, Jepang, Korean Selatan, Australia lockdown, beberapa negara Eropa masih melawan dengan masih bebasnya orang-orang untuk normal seperti biasa, masih berjalannya liga-liga sepakbola Eropa sampai awal Maret 2020 pun, liga Champiaon Eropa masih menyelenggaran pertandingan sepakbolanya, termasuk Liverpool vs Athletico Madrid di Kota Liverpool, yang nantinya menjadi sebuah cerita chapter penyebaran virus Covid-19 terbesar di Inggris, dan Inggris pun menyesal. Sementara di akhir Pebruari dan awal Maret 2020 ini, di sebuah negeri yang dilintasi matahari tiap harinya dan merah putih selalu ada didadanya, Indonesia, masih tetap berhuznudzon, berfikir positif bahwa virus tidak akan menyerang negeri kami, silakan para wisatawan "bule" tetap berwisata di negeri kami, jangan khawatir karena di negara kami virus Covid-19 mati terkena sinar matahari.

Dunia mulai menyalahkan China, bukan karena selera makan "aneh" orang-orang Wuhan, tapi karena adanya kecerobohan menyebabkan kebocoran virus di Laboratorium pembuatan vaksin di Kota Wuhan China. Berita2 semakin meracau di web-web resmi entah hoak atau bukan, tentang karakteristik si kecil virus Covid-19 ini, tentang teori adanya konspirasi dunia, semua pakar2 kesehatan dan yang mengaku-ngaku pakar, mulai beropini selayaknya akademisi untuk melawan dan membunuh virus Covid-19 ini. Handsanitiser, minum vitamin setiap hari, minum jamu tradisional, cuci tangan 20 detik, pakai masker, jangan bersalaman, jangan keluar rumah, jangan berkumpul and a finally..."stay at home" #diruhamaja. Setelah kasus pertama tertularnya warga indonesia oleh Virus Covid-19 awal pertengahan Bulan Maret di Tanggerang dekat Jakarta, pemerintah Indonesia dengan berbagai tingkat keilmuan dan tingkat ilmu kira2-nya(karena tidak ada satu negarapun yang siap menghadapi pandemi virus Covid-19) mulai tersadar bahwa si kecil Covid-19 ini bukan hanya bisa mengubah kehidupan normal bangsa tapi bisa membuat resesi ekonomi kejurang kebangkrutan negara.

Belajar di rumah selama hampir akan 5 bulan ini, pasti akan menyadarkan anak-anak yang hobby membolos, bahwa sekolah dan bertemu teman-teman di sekolah itu ternyata bermakna sekali. Masker wajah yang setengah tahun lalu hanya bisa diperoleh berbentuk masker biasa model dokter di IGD, tapi sekarang dengan berbagai model dan bahan yang menarik dengan fashionable banyak ditemui (model batik ada), dan harus dipakai kalau gak ingin didenda karena gak pakai masker di area publik. Bagi umat beragama yang selalu beribadah di tempat ibadahnya (masjid, gereja, pura) untuk sementara ditutup, kalaupun dibuka, jaga jarak wajib dilaksanakan (sholat jamaahpun berjarak), kreatifitas masyarakatpun meningkat lewat "Tiktok" dan mendadak Youtuber, dan banyak lagi peradaban baru  umat manusia muncul di tengah Pandemi Covid-19 dengan nama new normal, sembari mendengarkan lagu Sheila on 7 "Kisah Kelasik Untuk Masa Depan" mari kita kreasikan peradaban2 baru untuk warisan umat manusia di masa datang.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun