Mohon tunggu...
Djamilah Sudjana
Djamilah Sudjana Mohon Tunggu... Kepala SMAN 1 Kabupaten Tangerang

Guru Kimia yang memiliki hak cipta kartu bermain tatanama senyawa kimia yang mendapat tugas tambahan Kepala Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jejak Abadi Guru untuk Dunia

20 Agustus 2025   21:44 Diperbarui: 20 Agustus 2025   21:44 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Buku karya Djamilah Sudjana

"Wah, saya tidak bisa menulis..." Kalimat ini sering kita dengar dari banyak orang, termasuk dari para guru. Padahal, kalau dipikir-pikir, setiap guru adalah gudang cerita, sumber pengalaman, dan penyimpan hikmah yang luar biasa. Sayangnya, banyak cerita itu hilang begitu saja karena tidak pernah dituliskan.

Saya pun dulu pernah ragu. Saat pandemi COVID-19 memaksa kita bekerja dari rumah, saya justru menemukan hikmah besar: belajar kembali menulis. Berawal dari tantangan menulis di komunitas Sagusaku IGI, saya bertanya pada diri sendiri: "Mampukah saya menulis seperti teman-teman lain?"

Awalnya berat, bahkan sempat ketinggalan jauh. Namun dengan tekad dan sedikit nekat, akhirnya saya bisa menuntaskan 30 tulisan sesuai target dalam 30 hari. Hal ini berlangsung dalam 3 bulan, berarti 90 tulisan berhasil ditulis. Dari pengalaman itu, saya belajar satu hal penting: menulis itu bukan tentang siapa yang paling pintar, tetapi siapa yang berani memulai.

 Mengapa Guru Perlu Menulis?

Guru bukan sekadar penyampai materi pelajaran. Guru adalah penyalur cahaya pengetahuan. Dan cahaya itu akan lebih lama bertahan bila dituangkan dalam tulisan.

Bayangkan, jika pengalaman kita dalam mendidik murid, tips mengajar kreatif, atau kisah inspiratif di kelas dituliskan, berapa banyak orang yang akan mendapat manfaatnya?

Para tokoh besar telah meninggalkan jejaknya lewat tulisan:

Ali bin Abi Thalib ra: "Ikatlah ilmu dengan menulis."

Imam Al-Ghazali: "Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis."

Pramoedya Ananta Toer: "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari masyarakat dan dari sejarah."

Lisan bisa terlupa, tapi tulisan akan abadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun