Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kompasiana, Rumah Kedua yang Selalu Kurindukan

2 Juni 2022   14:15 Diperbarui: 2 Juni 2022   14:23 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan terakhirku dengan Koteka Kompasiana (Sumber: Kompasiana.com)

Tak terasa hampir satu setengah tahun saya vakum menulis di rumah ini, sejak kepindahan tugas ke ujung barat Indonesia awal tahun lalu. 

Dua tulisan dalam rentang waktu itu tentu menggambarkan kevakuman saya dalam beraktivitas di rumah ini. Semakin berat beban tugas di pundak membuat konsentrasi menulis sering buyar tertelan waktu yang habis hanya untuk menyelesaikan berbagai masalah di depan mata.

Pandangan tentang pandemi yang berbeda dengan sebagian besar rekan-rekan di sini turut membuat saya semakin malas untuk menulis. Saya sadar menjadi anti mainstream di tengah gejolak pandemi bakal memudahkan orang mencap saya sebagai penganut 'teori konspirasi' atau sejenisnya. 

Dalam kondisi seperti ini, diam adalah emas ketimbang tulisan saya dicaci maki atau bahkan dianggap tidak sejalan dengan panduan pembuatan konten oleh mimin karena dianggap berbeda dengan arus besar yang sedang melanda dunia.

Ada rasa rindu dengan sesama Kompasianers, apalagi di masa pandemi ini nyaris semua kegiatan dilakukan secara daring. Tak tampak lagi senyum riang canda tawa kala kopdar karena tertutup masker yang membatasi interaksi sesama kita. Kita benar-benar menjaga jarak karena semua sedang sibuk menyelamatkan diri sendiri dari terpaan wabah pandemi yang melanda negeri ini. 

Beruntung Koteka menjadi penyelamat di masa pandemi dengan KotekaTalk-nya. Beberapa kali saya mengisi acara dengan tema Wonderful Indonesia menceritakan pulau-pulau terpencil.

Kerinduan untuk kembali berkumpul bersama secara nyata tak lagi di dunia maya seiring dengan menyurutnya pandemi menjadi endemi membuat saya kembali ke rumah ini. 

Bung Rudy, Kaka Tilaria, bu dosen Suprihati, dan terakhir abang Felix Tani sampai menyambangi tulisan terakhirku, mengingatkanku untuk bersemangat meramaikan rumah yang mulai sunyi ini. Walau banyak wajah baru bermunculan, namun ibarat masakan, kurang garam rasanya bila tak disambangi oleh para seniorista.

Hari ini kubuka Kompasiana, saya merasa pangling karena banyak wajah baru muncul dan belum kukenal dengan tulisan yang bagus-bagus dan bernas. Mungkin hanya Opa Tjip dan Oma Roselina yang masih kukenal baik tetap konsisten menulis di sini. 

Sementara kolega lain juga nampaknya satu demi satu meninggalkan rumah tercinta ini. Headline lebih banyak diisi pendatang baru, centang hijau mendominasi kolom pilihan, pertanda wajah-wajah baru turut meramaikan rumah tercinta ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun