Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Bosan Terbang? Lakukanlah Hal Ini

2 Desember 2019   09:35 Diperbarui: 2 Desember 2019   09:52 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu Panggilan Boarding (Dokpri)

Bagi banyak orang, naik pesawat terbang adalah sebuah kemewahan. Bisa terbang setahun sekali atau dua kali sudah merupakan kebanggaan tersendiri. Membeli tiket pesawat ibarat memotong jatah jajan sebulan. Namun buat sebagian orang, di luar pilot dan pramugari, terbang sudah menjadi rutinitas mingguan, bahkan harian. Terbang juga bukan monopoli orang kaya atau bisnismen saja, tapi juga karyawan biasa seperti saya ini.

Kesannya mungkin sombong, tapi itulah kenyataannya. Terbang lama kelamaan menjadi rutinitas yang membosankan bahkan menyebalkan. Kita harus siap berangkat minimal empat jam sebelum jadwal keberangkatan untuk menghindari hal-hal tak diinginkan selama perjalanan menuju bandara.

Kemacetan merupakan momok bagi pemuja terbang karena membuat harus adu lari cepat alias sprint menuju konter check in. Apalagi kalau sampai kejadian luar biasa seperti tabrakan atau senggolan di jalan, razia, pohon tumbang, hujan lebat, jalan banjir, berdoa hanya satu-satunya jalan keluar sambil H2C tidak ditinggal pesawat.

Kadang waktu tunggu di bandara lebih lama dibandingkan waktu terbangnya sendiri. Misal Jakarta - Lampung cuma 20 menit, belum selesai naik pilotnya sudah woro-woro mau landing. Tapi nunggunya itu lho, bisa 2-3 jam duduk manis di ruang tunggu. Jakarta - Semarang juga cuma 45 menit terbang, tapi nunggunya mulai dari naik bis ke bandara, konter check in hingga antri landasan bisa 3-4 jam. Padahal kalau naik kereta api 6 jam sudah sampai di stasiun Tawang. Sementara ke stasiun Gambir atau Senen tak sampai 2 jam sudah tiba dan bisa datang agak mepet.

Paling menyebalkan kalau sudah mengantri panggilan boarding. Semua orang berebut menjadi yang terdepan untuk mendapatkan tempat bagasi kabin yang luas. Kalau terlambat sedikit, alamat tas segede gaban tak bisa masuk bagasi kabin dan terpaksa harus direlakan masuk bagasi utama pesawat. Ini bakal merepotkan saat keluar bandara karena harus menunggu bagasi lagi paling tidak setengah jam.

* * * *

Ada beberapa alternatif bepergian ke luar kota selain harus terbang, khususnya untuk wilayah Jawa dan Lampung. Untuk jarak tempuh kurang dari 1000 km seperti Surabaya, Jogja, Solo saya biasanya menggunakan kereta api karena lebih nyaman, simpel, dan tidak terburu-buru ke stasiun. Kondisi kereta api sekarang sudah jauh lebih nyaman karena semua jenis kereta berpendingin udara dan tidak ada lagi pengamen dan pedagang berseliweran di dalam kereta.

Lagipula di dalam kereta saya bisa cari angin kalau bosan di tempat duduk. Kadang-kadang saya nangkring di kereta restorasi untuk sekedar ngopi atau makan bila lapar. Pemandangan di luar kereta juga cukup indah dan tidak terganggu polusi jalan raya serta padatnya bangunan di kiri kanan jalan. Apalagi kalau rutenya ke arah selatan, dari Purwakarta ke Padalarang bagus banget view-nya, atau jalur Bandung - Banjar juga tak kalah indah dan meliuk-liuk mengitari bukit.

Sayangnya saya harus pesan tiket minimal seminggu sebelumnya untuk memperoleh kursi di kereta api, karena kalau mendadak sering penuh walau hari kerja sekalipun.

Kadang kalau tugas dadakan saya memesan terpisah bila tiket langsung sudah penuh, misal untuk perjalanan ke Yogyakarta saya bagi menjadi Jakarta - Tegal dan Tegal - Yogyakarta yang memiliki banyak alternatif pilihan kereta, tinggal menyamakan jam tiba dan kedatangannya saja dengan selisih waktu minimal dua jam untuk mengantisipasi keterlambatan kereta.

Kalau tetap kepepet tidak kebagian tiket kereta api, terpaksa saya menggunakan bis malam karena biasanya jarang bis penuh dan bisa go show ke terminal. Bila tetap penuh juga perjalanan kembali dipisah seperti kereta api, Jakarta - Cirebon lalu lanjut Cirebon - Semarang dan diteruskan Semarang - Jogja, atau Jakarta - Semarang lanjut Semarang - Jogja. Ini termasuk rute gemuk jadi tak perlu khawatir kehabisan bis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun