Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Haji, Ujian Paripurna Sebelum Hijrah

7 September 2019   17:28 Diperbarui: 7 September 2019   17:32 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ka'bah Pusat Aktivitas Haji (Dokpri)

Hati-hati juga dengan ucapan di tanah suci karena bisa menjadi doa atau bahkan dibayar kontan. Saya pernah kelepasan ngomong tidak butuh bekal yang diberikan panitia di Mina, tak lama bekal makanan tersebut lenyap entah kemana. Dilarang keras berbantah-bantahan, berkata tidak benar, dan menggosip serta berbuat hal terlarang lainnya.

Disinilah jamaah diuji tingkat kedewasaannya dalam menghadapi suatu masalah. Jamaah harus bisa bersikap bijak dan mampu memahami apa yang terjadi serta berempati terhadap jamaah lain yang sudah sepuh atau memiliki keterbatasan fisik sehingga harus dibantu.

Terakhir ujian finansial yaitu kemampuan untuk melunasi biaya perjalanan haji atau dikenal dengan istilah ONH. Tidak semua orang mampu melunasinya, bahkan bagi yang  punya uang sekalipun, apalagi yang memang benar-benar tidak punya uang. Makanya ada program tabungan haji agar calon jamaah bisa mencicil sesuai kemampuan hingga benar-benar mampu melunasinya.

Anggaplah pergi haji seperti mencicil rumah atau motor, harus dipaksakan tiap bulannya agar dapat segera memperoleh nomor antrian setelah pelunasan awal sebesar 25 juta rupiah. Ingat, waktu tunggu semakin panjang, jadi utamakan mencicil haji daripada motor atau mobil. Jangan sampai sudah tua dan sakit-sakitan baru bisa berangkat haji akibat waktu tunggu yang terlalu lama.

Di tanah suci, godaan belanja juga cukup tinggi. Walau semua sudah ditanggung pemerintah termasuk makan, penginapan, dan transportasi, tetap saja jamaah ingin makan enak atau jalan-jalan sendiri. Apalagi tuntutan oleh-oleh demikian besar dari saudara, tetangga, teman kantor, sahabat bikin pengeluaran makin besar. Living cost yang dikembalikan pemerintah sebesar 1500 Riyalpun, dipotong bayar dam 400 Riyal bagi yang mengambil haji tamattu, belumlah cukup. ATM atau kartu kredit menjadi solusi terakhir bila kehabisan uang. Arab Saudi bukanlah negara produsen barang oleh-oleh tersebut.

Anehnya Arab Saudi bukanlah produsen barang oleh-oleh tersebut kecuali kurma. Baramg kelas KW2 biasanya berasal dari Tiongkok, KW1 dari Asia Selatan, sementara yang kualitas tinggi berasal dari Turki. Artinya barang-barang tersebut juga bisa dibeli di Tanah Abang, tapi alasannya rata-rata karena beda kalau belinya di Arab Saudi walau lebih mahal tapi kenangannya itu lho.

Itulah mengapa ibadah haji menjadi rukun terakhir karena benar-benar menjadi ujian paripurna bagi umat Islam. Seluruh aspek ujian hidup ada di dalamnya, mulai ujian fisik, mental, hingga finansial, ibarat UN bagi siswa sekolah. Apalagi waktunya diletakkan di bulan terakhir tahun Hijriah, menandakan bahwa setelah berhaji seyogyanya manusia berhijrah memperbaiki segala kekurangannya dan meningkatkan taraf hidupnya termasuk ibadahnya.

Hajinya akan menjadi mabrur bila mampu berhijrah, namun menjadi mabur bila ternyata tak ada perubahan bahkan malah terjadi kemunduran. Berhaji itu memang berat nak, tidak hanya sebelum dan masa prosesi hajinya saja, tapi juga kehidupan setelahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun