Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Bus Shalawat, Teman Setia Jamaah Haji Menuju Masjidil Haram

20 Agustus 2019   13:43 Diperbarui: 20 Agustus 2019   15:42 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bis Shalawat (Dokpri)

Para jamaah haji beberapa tahun belakangan ini memang benar-benar dimanjakan pemerintah. Setelah kemudahan boarding dan cek imigrasi di Tanah Air, hotel yang cukup berkelas, makanan berlimpah, jamaah juga diantar jemput dengan angkutan yang biasa disebut bis shalawat.

Dikutip dari situs resmi Kemenag, bis shalawat pertama kali diluncurkan tahun 2008 bersamaan dengan perluasan Masjidil Haram. Perluasan teraebut membuat harga penginapan terdekat menjadi mahal sehingga penginapan jamaah haji Indonesia dipindah hingga radius 10 Km dari Masjidil Haram. Hal ini menyulitkan jamaah yang ingin beribadah setiap waktu ke Masjidil Haram.

Saat ini terdapat 12 rute yang melayani jamaah sesuai dengan wilayah hotelnya, antara lain dari Syisiah, Raudah, Jarwal ke terminal Syib Amir di sebelah utara Masjidil Haram. Sementara dari wilayah Misfalah, Rea Bakhsy ke terminal Jiad di sebelah selatan, serta Mahbas Jin dan Aziziah ke terminal Bab Ali di sebelah timur. 

Rute Bis Shalawat (Dokpri)
Rute Bis Shalawat (Dokpri)
Bis-bis tersebut beroperasi selama 24 jam penuh sehingga para jamaah tak perlu khawatir kehabisan bis tengah malam. Setiap bis punya nomor sendiri sesuai rutenya agar para jamaah tidak kesasar ke tempat lain, misal bis nomor 9 dari wilayah Raudah ke Masjidil Haram. Bis tersebut tidak dipungut bayaran sama sekali alias gratis tis tis sehingga bisa menghemat pengeluaran jsekaligus memotivasi jamaah untuk selalu beribadah ke Masjidil Haram.

Hanya pada saat puncak haji mulai tanggal 6 hingga 14 Dzulhijjah bis berhenti beroperasi karena macet luar biasa di pusat kota Mekah. Bis-bis tersebut digunakan untuk mengangkut jamaah dari hotel ke Arafah, lalu dari Arafah ke Muzdalifah esok harinya, dilanjutkan dari Muzdalifah ke Mina. Setelah masa Jamarat selesai bis digunakan untuk mengangkut jamaah dari Mina kembali ke hotel.

Terkadang bis tersebut penuh sesak kadang malah sepi penumpang. Seperti di Jakarta, ada waktu-waktu tertentu bis padat penumpang. Biasanya satu jam sebelum dan sesudah waktu shalat wajib bis selalu penuh jamaah. 

Dari arah hotel biasanya satu jam sebelum hingga menjelang waktu sholat wajib, sementara dari arah Masjidil Haram setelah sholat wajib selesai hingga satu jam setelahnya. Malam hari, bahkan saat waktu shalat Tahajjud biasanya justtru lebih ramai dibanding siang hari karena banyak jamaah menghindari cuaca panas.

Kalau mau naik bis dalam keadaan sepi, hindari waktu-waktu tersebut di atas. Misal satu setengah jam sebelum Dzuhur, atau setelah sholat Dzuhur di hotel untuk sholat Asar di Masjidil Haram. Kalau dari Masjidil Haram terutama setelah sholat Isya bis sangat padat sehingga baiknya jalan-jalan sambii belanja dulu baru pulang agak larut malam, paling cepat sejam setelah selesai sholat Isya.

Untuk menghemat waktu, tenaga, dan menghindari cuaca panas, biasanya para jamaah berangkat sebelum Asar dan bertahan di Masjidil Haram hingga waktu Isya atau bahkan Subuh. Di antara waktu sholat mereka biasanya berzikir, atau malah jalan-jalan cuci mata sambil belanja di pasar dan mal yang ada di sekitar Masjidil Haram. Sambil menyelam minum kopi, sambil nunggu waktu sholat berbelanjalah.

Bagi para jamaah termasuk saya, keberadaan bis shalawat sangat membantu sekali karena sulitnya mencari angkutan umum berute di Mekah. Walau ada bis reguler yang berbayar, tetap saja menyulitkan karena tidak ada petunjuk rute yang jelas dalam bahasa latin, hampir semua bertuliskan huruf Arab. 

Sementara taksi mahal dan harus tawat menawar sebelum naik. Sebenarnya ada juga taksi online, tapi tarifnya seperti Uber, tidak flat, serta supirnya jarang yang bisa berbahasa Inggris sehingga menyulitkan untuk berkomunikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun