Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Jadi ASN Itu Pengabdian, Bukan Mikir Gajian

29 Juli 2019   12:54 Diperbarui: 29 Juli 2019   17:29 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: makassar.tribunnews.com

Lambat laun, pemerintah semakin peduli pada pegawainya. Gaji mulai membaik sejak Pak SBY menjadi presiden, ditambah dengan adanya tunjangan kinerja dan seringnya dilibatkan dalam penugasan khusus membuat penghasilan semakin meningkat.

Kalau dihitung-hitung, sebenarnya penghasilan yang diterima sekarang ini cukup untuk hidup sehari-hari plus buat bayar cicilan rumah dan kendaraan pribadi. Namun memang antara kebutuhan dan keinginan itu bedanya tipis setipis benang, jadi berapapun penghasilan bisa saja tidak cukup kalau mengikuti keinginan.

Dengan penghasilan pas-pasan, pas butuh pas ada, kita jadi pintar mengatur keluar masuknya uang dan bisa membedakan mana kebutuhan yang harus diprioritaskan dan mana yang hanya sekedar keinginan. Paling tidak kita juga harus lebih mampu "menjual" diri agar diberikan penugasan khusus yang diberikan tambahan honor resmi seperti menjadi tim teknis kegiatan, pokja pengadaan barang dan jasa, narasumber (yang ini besar honornya) untuk menambah penghasilan tanpa harus berbuat aneh-aneh di kantor.

* * * *

Itulah sekelumit pengalaman saya sebagai penerima gaji PNS yang masih beruntung bekerja di instansi pusat. Coba bayangkan rekan-rekan seprofesi yang bekerja di ujung negeri. Mereka hanya berharap dukungan dari masyarakat setempat untuk melancarkan tugas-tugasnya sehari-hari tanpa pamrih, bahkan kadang harus berkorban nyawa ketika harus menghadapi ancaman bencana alam maupun buatan manusia sendiri seperti kebakaran hutan. Waktu kerjapun bisa 24 jam sehari, tujuh hari seminggu tanpa kenal lelah sementara gajinya sama dengan saya yang duduk manis di kantor.

Boro-boro memikirkan gaji, selamat dari maut saja sudah patut disyukuri. Kadang mereka tinggal di bedeng proyek, kadang menumpang rumah penduduk karena tak ada jatah rumah, bahkan menginap di tempat mereka bertugas seperti di puskesmas, pos penjagaan, atau pemantauan gunung. Kampung halaman pun mungkin sudah dilupakan karena sudah berbaur dengan masyarakat setempat. Gaji terlambat atau dirapel sudah biasa karena tidak ada bank atau ATM terdekat.

Sekali lagi tolong diingat, jadi ASN terutama PNS itu pengabdian, bukan kutu loncat. Tanpa orang-orang seperti mereka, mungkin negeri ini sudah hancur berantakan karena tidak ada yang mau mengabdi. Kalau ingin pindah-pindah demi mendapatkan penghasilan tertinggi apalagi di atas 8 juta rupiah, lupakanlah mimpi jadi PNS. Carilah perusahaan yang mampu menggaji Anda senilai uang tersebut, semoga tidak segera dipecat karena hasil kerjanya tidak sesuai dengan tuntutan perusahaan.

Jadi, masih pantaskah fresh graduate menuntut gaji 8 juta dengan kondisi nyaman tanpa gangguan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun