Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inggih (Bukan) Hanya Monopoli Bahasa Jawa

14 Mei 2018   22:03 Diperbarui: 14 Mei 2018   22:23 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ooooo, begitu to? Pantesan dari tadi orang ngomongnya Inggah-Inggih, Sampeyan, Iwak. Memang artinya sama?" tanya saya penasaran.

"Yach mirip-mirip lah pak. Tidak sama persis sih, cuma ada beberapa kata yang mirip," jawabnya.

"Maaf ya pak, tadinya mau saya ajak ngomong Jawa, untung ga jadi,"

Saya pun hanya bisa senyum simpul saja. Mau tertawa takut menyinggung perasaan.

* * * *

Ternyata ada beberapa kosa kata dalam Bahasa Banjar yang mirip sekali baik logat maupun artinya dalam Bahasa Jawa, seperti Inggih, Iwak (Ikan), Banyu (Air), Kaya (Seperti), Piyan (Sampeyan), Lading (Pisau), dan lain sebagainya. Kalau mendengar mereka bicara seperti berbahasa Jawa yang sedikti kacau balau karena bercampur dengan kosa kata asli Banjar, kadang ada yang bisa dimengerti kadang tidak.

Sebaran Bahasa Banjar juga ternyata cukup luas, mulai dari Banjarmasin ke utara hingga ke Samarinda, kemudian ke barat hingga ke Sampit. Di tepian jalan Trans Kalimantan nyaris semua orang yang saya temui di perjalanan berbahasa Banjar dengan lawan bicaranya. Jarang sekali bahasa lain seperti Dayak mendominasi percakapan. Konon Bahasa Dayak lebih banyak digunakan di pedalaman Kalimantan, sementara di pesisir sebagian besar menggunakan Bahasa Banjar, kecuali Kalimantan Barat yang saat itu belum terhubung Trans Kalimantan.

Posisinya yang berada di pesisir selatan dan timur Kalimantan membuat Bahasa Banjar mampu menyerap bahasa lain terutama Bahasa Jawa sebagai bahasa lokal. Suku Banjar juga tampak lebih terbuka dibanding suku lokal lain yang berada di pedalaman Kalimantan. Jadi jangan heran kalau pergi ke Kalsel atau Kaltim kita mendengar seperti Bahasa Jawa namun logatnya berbeda. Sekali lagi itulah Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu jua dalam naungan Bangsa Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun