Saat pertama kali mendarat di Pulau Kalimantan, saya terkagum-kagum dengan orang Jawa yang bisa bertahan hidup di seberang pulau. Mulai dari naik ojek hingga supir bis ke Samarinda saya diantar orang Jawa, sampai suatu ketika masuk ke sebuah kantor instansi, pandangan saya berubah total.
Setiap saya bertanya, jawabannya selalu diawali atau diakhiri dengan kata Inggih. Sebenarnya mulut ini gatal ingin berbahasa Jawa, namu karena berada di instansi pemerintah, saya tetap berusaha menggunakan Bahasa Indonesia walaupun jawabannya selalu ada kata Inggih-nya. Selesai urusan dinas, saya langsung menemui supir hendak mengajak makan berat karena sudah lapar.
"Piyan mau kemana?" tanya supir.Â
"Kita cari makan Pak, yang khas makan apa ya?" jawab saya sambil bertanya balik.Â
"Makan iwak, Pak" jawabnya lagi.
"Ikan Maksudnya?"
"Inggih Pak,"
"Disini banyak orang Jawa ya Pak, termasuk Bapak?"
"Inggih Pak, tapi ulun asli Banjar,"
"Hebat juga bapak, bisa bahasa Jawa biar sedikit-sedikit,"
"Bukan Pak, memang bahasa Banjar ada kemiripan dengan Jawa,"
"Ooooo, begitu to? Pantesan dari tadi orang ngomongnya Inggah-Inggih, Sampeyan, Iwak. Memang artinya sama?" tanya saya penasaran.
"Yach mirip-mirip lah pak. Tidak sama persis sih, cuma ada beberapa kata yang mirip," jawabnya.
"Maaf ya pak, tadinya mau saya ajak ngomong Jawa, untung ga jadi,"
Saya pun hanya bisa senyum simpul saja. Mau tertawa takut menyinggung perasaan.
* * * *
Ternyata ada beberapa kosa kata dalam Bahasa Banjar yang mirip sekali baik logat maupun artinya dalam Bahasa Jawa, seperti Inggih, Iwak (Ikan), Banyu (Air), Kaya (Seperti), Piyan (Sampeyan), Lading (Pisau), dan lain sebagainya. Kalau mendengar mereka bicara seperti berbahasa Jawa yang sedikti kacau balau karena bercampur dengan kosa kata asli Banjar, kadang ada yang bisa dimengerti kadang tidak.
Sebaran Bahasa Banjar juga ternyata cukup luas, mulai dari Banjarmasin ke utara hingga ke Samarinda, kemudian ke barat hingga ke Sampit. Di tepian jalan Trans Kalimantan nyaris semua orang yang saya temui di perjalanan berbahasa Banjar dengan lawan bicaranya. Jarang sekali bahasa lain seperti Dayak mendominasi percakapan. Konon Bahasa Dayak lebih banyak digunakan di pedalaman Kalimantan, sementara di pesisir sebagian besar menggunakan Bahasa Banjar, kecuali Kalimantan Barat yang saat itu belum terhubung Trans Kalimantan.
Posisinya yang berada di pesisir selatan dan timur Kalimantan membuat Bahasa Banjar mampu menyerap bahasa lain terutama Bahasa Jawa sebagai bahasa lokal. Suku Banjar juga tampak lebih terbuka dibanding suku lokal lain yang berada di pedalaman Kalimantan. Jadi jangan heran kalau pergi ke Kalsel atau Kaltim kita mendengar seperti Bahasa Jawa namun logatnya berbeda. Sekali lagi itulah Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu jua dalam naungan Bangsa Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI