Singkat cerita, dari bulan 4 kehamilan istri saya, hingga HPL, kami kontrol fetomaternal di Rumah Sakit PELNI karena Kebaikan Tuhan secara GRATIS!
Tiba lah minggu minggu detik melahirkan,
Muncul lah diagnosa baru lagi, dokter feto kami tidak yakin untuk menyarankan kami lahiran secara Normal, kenapa?
Karena di minggu 37, istri saya di diagnosa ada Kista pada janin, jujur saya kesal, kenapa?
Jadi selama kami feto di Rumah Sakit PELNI, saya benar benar tidak di izinkan masuk, saya sudah tanya, alasannya karena ada Istri yg pernah di KDRTkan oleh suaminya hingga di tendang perutnya, saat ada suaminya kontrol, istrinya tidak mau untuk berbicara To the Point, jdi saat suaminya keluar, barulah istrinya ini ceritakan semuanya.(FYI hanya di dokter Fetomaternal istri saya saja yg tidak perbolehkan masuk, dokter yg lain tetap mengizinkan)
Disitu saya kesal karena disaat genting, saya harus tau kondisi istri saya, karrna istri saya menceritakannya tidak akan sesuai dgn keterangan dokter karena Pasti istri saya sudah shock duluan karena hasil diagnosa ada kista dalam janin istri saya.
Saya jujur, marah, kesal, kecewa, semua tercampur aduk, sampai saya bertanya - tanya "kenapa lagi? Dan bisa bisanya tidak saya di beritahu!? Nanti kalo misalnya istri saya ada kenapa-kenapa, kan saya duluan first respondernya, bukan dokter ini!?" Benar benar membuat saya uring-uringan sampai saya di rumah.
Cuma, disini saya tersadar, dan menyadari bahwa semua yg saya pikirkan itu tidak ada Guna nya, yg ada saya hanya menambah beban saya sendiri dan istri saya, jdi saya berusha menerima, dan mengikhlaskan, karena saya yakin, bahwa Tuhan punya cara Terbaik untuk kami, dan pasti Tuhan Bantu.
Minggu depan, saya langsung berinisiatif masuk untuk menemani istri saya, karrna saya tau saya akan di usir mungkin, saya sudah siapkan Alasan yg tidak akan bisa di bantah, tapi Tuhan tau, semua itu Ia buat Lancar tanpa kendala apapun, dan saya bisa menemani istri saya.
saat dokter melakukan pengecheckkan, saya liat jelas, kista itu sebesar bola Bekel dlm janin istri saya, dan di konfirmasi ada di dalam badan anak kami, karena setau saya, sya hanya tau kista pada janin, itu di janin istri saya, bukan anak saya.
Jujur, sejujur-jujurnya, saya cma tenang, dan tdak beri komentar apapun, saya heran, tpi tidak ketakutan, kenapa heran? Karena saya mungkin sudah berikan semua kepada Tuhan, dan kami percayakan Rencana Tuhan Lebih Indah di banding Rencana kami.
Disitu setelah pemeriksaan, saya hanya bisa mensyukuri setiap kondisi, dan selalu berada di sisi istri saya.
Masih dalam pemeriksaan, dokter mendiagnosa kembali ada Lilitan di leher, sontak istri saya kaget, dan bertanya "apa aman dok? Gk ada masalah kan?" Dokter bilang "akan susah untuk Lahiran Normal"
Kembali, saya tidak komentar, dan tetap tenang.
Pulang dari Pelni, Istri saya mempunyai Kakak rohani anak dari gembala kami yang kebetulan Dokter Sp.OG yaitu Dokter Gaby yg selalu standby dalam setiap menghadapi pertanyaan pertanyaan yg Masih di dala konteks, hingga di luar konteks, beliau tetap sabar untuk menjawab semua kebawelan istri saya tercinta,
Dokter gaby merespon tentang lilitan ini, " ia betul yul, ini ada lilitan 1x di leher, yg penting jaga darah tinggi saja, karena sebenarnya masih bisa untuk lahiran normal, yang penting tensi tidak tinggi"
Singkat cerita, minggu 39 detik mau melahirkan, jujur setiap malam kami selalu doa dan Pujian Penyembahan, kami bawa semua dlm doa dan Pujian Pujian kami, agar kami selalubdi kuatkan, karena dengan semua proses yg kami hadapi bisa saja kami langsung down, tetapi karena penyertaan Tuhan, dan kami tau diri kami butuh Tuhan, kami bawa dan lepaskan semua beban kami dan kami berikan Kepada Tuhan. Semua sudah selesai dan diri kamu selalu Tuhan buat Plong, tidak ada tekanan.
Pagi tiba, saya menemani istri check kontrol kembali ke dokter feto di Rs.Pelni nam 13.00 siang, tetap ada lilitan, dan anak kami yg tdinya kepala ada di jalur Lahir(Placenta sudah Naik disaat minggu ke 35) saat minggunke 37 kepala anak kami terpantau sudah di jalur lahir, tetapi hari ini kepala anak kami seperti mendengak ke atas akibat lilitan di leher, kebetulan harusnya kemarin check pinggul untuk proses lahiran normal, tapi belum di check, akhirnya nnti sekalian di check, cma sblm di check dokter bertanya kepada kami, "Bapak, ibu, jadi gimana? Mau lahiran normal atau Cesar? Saya gk mau kalian Putuskan cepat cepat, saya mau nunggu saya kasih waktu" srtelah itu dokter melanjutkan test pinggul, besar atau sempitnya pinggul istri utk lahiran normal, singkst cerita, ternyata Sempit, seketika Dokter dengan ragu menyarankan Lahiran normal, ada perdebtan panjang, karrna saya mau yg terbaik buat keselamatan istri dan anak saya,
dokter bicara "pak, bu, ini bagaimana? Pinggul ibu sempit"
Saya bertanya " berarti gk bisa normal ya dok?"
Dokter jawab "bisa pak, kembali langkah awal pasti normal, tetapi kalo lahiran normal tidak berjalan baik, makan pilihan kedua Kita cesar"
Saya kembali bertanya, "jadi baik nya gimana? Yg mana yg buat istri saya tidak terlalu sakit dan tersiksa, gak papa deh saya gk bisa Hubungan badan, yg penting istri saya Aman dan Nyaman"
Dokter kembali memberikan Pernyataan yg menurut saya ragu untk di eksekusi, karena mungkin dokter tidak bisa memberikan jawaban dari beliau, harus dari Pernyataan kami, memilih cesar, atau normal.