Mohon tunggu...
Diva Syakira Anataya
Diva Syakira Anataya Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar di SMAN 28 Jakarta

XI MIPA 2 (11)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasih Ibu Tiada Tara

24 November 2020   21:10 Diperbarui: 4 Januari 2021   08:55 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada suatu hari, hiduplah seorang ibu yang hanya bisa menggunakan sebelah matanya untuk melihat dan ia hidup bersama anak semata wayangnya yang bernama Althea.

Althea lahir tanpa memiliki seorang ayah dan ibunya harus banting tulang demi menghidupkan buah hatinya. Althea kecil dirawat oleh ibunya dengan penuh kasih sayang, begitu pun juga dengan Althea yang sangat perhatian dengan ibunya. Althea dan ibunya hidup sebatang kara tanpa keluarga dan sanak saudara karena dahulu mereka hidup merantau sejak Althea berada di dalam kandungan ibunya. Tetapi hal itu tidak membuat ibu dan Althea putus asa dalam menjalani hidup. 

Ibu bekerja sebagai pasukan orange dan kuli serabutan. Ibu mengerjakan semua pekerjaan yang bisa ia lakukan demi melihat senyum di muka kecil anaknya. Sering juga, ibu bekerja sampai larut malam. Biasanya, jika ibu bekerja sampai larut malam, Althea yang saat itu masih kecil sering dibawa ibu sambil bekerja. Saat perjalanan pulang ke rumah, Althea berhenti menatap sesuatu dengan mata yang berbinar.

"Ibu, Althea mau itu." Sambil menunjuk boneka berambut pirang.

Ibu langsung melihat isi dompetnya dan terkejutlah dia karena uang yang baru dia dapatkan, hanya tersisa sedikit untuk dia dan Althea makan nanti malam. Uang dari hasil kerjanya hari ini, sudah sebagian dipakai untuk membeli susu Althea yang saat itu masih berumur 5 tahun. 

Ibu berkata, " Lain kali saja ya Althea, kan masih ada boneka kelinci dirumah." 


"Iya ibu.." Jawab Althea dengan muka murung.

Ibu sangat bersyukur karena memiliki anak yang pengertian dengan keadaannya yang pada saat itu hanya tersisa sedikit uang. Sesampainya dirumah, Althea langsung bermain dengan boneka kelinci usang miliknya dan ibu langsung memasak bahan-bahan makanan yang baru dia beli di pasar tadi sore. Ibu memasak makanan kesukaan Althea yaitu sayur bayam untuk makan malam. 

"Althea sini makan." Panggil ibu.

"Iya ibu." Jawab Althea sambil memegang sebelah telinga boneka kelinci miliknya.

Ibu menyuapi Althea dengan penuh kesabaran. Walau dirinya juga lapar, ia selalu mengutamakan anaknya sebelum dirinya. Sesudah makan, ibu membuka kotak susu yang baru saja dibeli untuk Althea. Ibu menidurkan Althea sambil memberinya sebotol susu. Alangkah bahagianya ibu melihat anaknya tertidur pulas. Rasa lelahnya pada hari itu tergantikan dengan kepuasan melihat anaknya bisa meminum susu, makan dan tertidur di rumah sederhananya di pinggiran kota. 

Jam Alarm berbunyi tepat di angka 6 pagi. Ibu langsung bangun dan mendapat panggilan telepon untuk mengantarkan air galon kepada pelanggan toko. Pada hari itu, kebetulan hari Minggu dan ibu libur dari pekerjaannya sebagai pasukan orange. Ibu teringat dengan boneka yang Althea inginkan dan dengan semangat ibu langsung mengantarkan air galon kepada pelanggan toko sebelum Althea terbangun. Alhamdulillah ibu mendapatkan uang lebih  dari pelanggan. Sepulangnya, ibu langsung membeli boneka yang waktu itu Althea inginkan. 

"Nak... bangun lihat ibu beli apa." Sambil memegang boneka pirang yang Althea inginkan.

Althea langsung lari dengan wajah sumringah memeluk ibunya dan berkata, "Wah Terimakasih banyak ibu.. Althea sayang ibu." 

"Iya Althea cantik.. sebagai balasannya, sekarang kamu harus mandiri ya." Ajak ibu sambil merangkul Althea.

"Siap ibu." Sambil hormat kepada ibunya.

Secercah pahit manis kehidupan sudah dilalui oleh mereka berdua. Tibalah saatnya Althea bersekolah di Sekolah Dasar.  Althea disekolahkan ke sekolah negeri dimana banyak berbagai macam perbedaan dari agama, gaya dan pergaulan teman-temannya. 

Saat hari pertama sekolah, Althea diantar ibunya sampai ruang kelas. Terkejutlah dia melihat pandangan teman-temannya terhadap ibunya yang tidak bisa melihat sebelah matanya. Timbul rasa malu dan khawatir pada diri Althea. Khawatir takut akan diejek oleh teman-temannya. Pada akhirnya, ketakutan Althea benar terjadi. Baru hari pertamanya sekolah, dia sudah memiliki julukan yaitu anak si ibu buta.  Tibalah saat pulang sekolah dan ibu menjemput Althea dengan harapan Althea memiliki hari yang bahagia di hari pertamanya sekolah.

"Althea, gimana tadi sekolahnya?" Tanya ibu sambil merangkul Althea di koridor sekolah.

Belum sempat Althea menjawab, Roni teman sekelasnya mengejeknya.

"Hei, anak si ibu buta. Mau pulang ya?" Tanya Roni sambil diiringi oleh gelak tawa teman sekelas Althea. Althea langsung pergi meninggalkan ibunya sendiri di koridor sekolah.

Sesampainya di rumah, Althea langsung mengunci diri di dalam kamar. Ibu pun resah dan bingung harus berbuat apa. Keesokan paginya, Althea dibangunkan oleh ibu untuk berangkat sekolah. Ibu ingin mengantar Althea tetapi Althea menolak.

"Althea, bangun.. ayo sarapan dan siap-siap untuk berangkat sekolah. Ibu nanti antar kamu ya.. sekalian ibu pergi ke pasar." 

"Jangan ibu.. Althea mau mandiri, pergi ke sekolah sendiri." jawab Althea.

Semenjak hari itu, hubungan antara ibu dan Althea kian merenggang. Althea yang malu karena memiliki ibu yang cacat membuatnya berubah dari anak yang baik dan pengertian menjadi anak yang kasar dan tidak lagi peduli dengan ibunya. 

Hari demi hari berlalu dan tibalah disaat Althea lulus dari Sekolah Menangah Atas. Althea mendapat peringkat pertama di sekolahnya dan lulus dengan nilai tertinggi sehingga bisa masuk di universitas favorit. Ibu sangat bangga dengan Althea walau dia menyadari bahwa anaknya tidak lagi peduli dengannya. Ibu hanya bisa mendoakan Althea agar sukses di dunia maupun di akhirat. 

Saat di kampus, Althea bertemu dengan kakak kelas laki-laki yang mapan dan bisa dibilang sempurna bernama Alpha. Semenjak awal mereka bertemu, Alpha tertarik dengan Althea yang bisa dibilang cantik. Kecantikkan Althea turun dari ibunya yang dulu merupakan gadis desa yang disegani oleh banyak orang. 

"Hai salam kenal, saya Alpha." Sambil menunjukkan tangan untuk bersalaman kepada Althea.

Dengan gugup Althea menjawab, "Ha..Hai, salam kenal juga kak saya Althea."

"Dari SMA mana?" Tanya Alpha.

"SMA 28 kak" Jawab Althea.

"Ohh.. besok ada waktu gak kamu? kalau ada, jalan yuk sekalian cari tugas ospek kamu."

"Ok kak sepertinya ada nanti saya kabarin lagi ya." Jawab Althea.

Alpha mengeluarkan handphonenya dan berkata, "Okay, simpan nomor handphone saya ya, 081318105563."

Semenjak hari itu Althea dan Alpha semakin dekat dan pada akhirnya mereka berpacaran. Alpha selalu ingin bertemu dengan kedua orangtua Althea yang menandakan keseriusan Alpha dalam menjalani hubungan dengan Althea. Alpha curiga, mengapa jika dia bertanya tentang keberadaan orangtua Althea, Althea langsung mengalihkan pembicaraan. 

Hari demi hari berlalu. Ibu rindu dan khawatir dengan Althea yang semakin hari, semakin larut pulang ke rumah entah alasan kerja kelompok ataupun jalan dengan Alpha. Sebenarnya, ibu ingin bertemu dengan Alpha tetapi dia tidak ingin membuat anaknya malu karena memiliki ibu yang cacat dan tidak memiliki banyak harta seperti Alpha. 

"Althea, habis darimana saja kamu? ini sudah jam 11 malam." Tanya ibu di ruang keluarga sambil melihat Althea dengan membawa banyak barang belanjaan.

Althea jawab dengan kasar,"Apasih ibu penasaran banget. Udah ya Althea mau tidur capek." 

Pembicaraan mereka berakhir dengan bantingan pintu dari Althea yang menutup pintu kamar. Hati ibu sangat sedih sekali. Dia selalu memohon ampunan kepada Allah SWT agar anaknya disadarkan. Walaupun Althea berlaku kasar, ibu tetap berusaha membuat Althea senang walaupun dirinya lelah dan sedih. 

Althea lulus kuliah dengan nilai yang sempurna dan mendapat cum laude. Ibu sangat bangga saat menghadiri wisuda anaknya. Rasa lelah yang dia dapat dari pekerjaan pagi sampai larut malam tergantikan oleh kesuksesan anaknya. Ibu ingin memeluknya seperti orangtua lain memeluk anaknya tetapi dia sadar itu hanya akan membuat Althea malu. Selesai wisuda, Althea dilamar oleh Alpha untuk menjadi pendamping hidupnya. Alangkah senang Althea untuk cepat-cepat pisah dari ibunya. Entah apa yang membuat Althea seperti itu tetapi ibu selalu sabar menghadapinya. 

Makin hari, ibu semakin lemah dan sakit. Althea yang sudah tidak peduli dengan ibunya meninggalkan ibunya dan pergi untuk bekerja. Ibu tidak memiliki uang lagi dan maka dari itu, ibu harus bekerja demi mendapatkan obat. Ibu tidak ingin merepotkan Althea dengan meminta uang untuk membeli obat. Ibu kembali bekerja sebagai kuli serabutan. Ia mengerjakan pekerjaan apa saja. Saat ibu mengangkat beras dan ingin menyeberang jalan, ada truk berkecepatan maksimal dan langsung menghantam ibu.

Althea yang baru pulang ke rumah usai bekerja, bingung mencari-cari keberadaan ibunya karena ia lapar dan tidak ada makanan di meja makan. Lalu, Althea baru dikabari oleh tetangga bahwa ibunya di bawa ke Rumah Sakit Melati dengan keadaan kritis. Althea diantar Alpha ke rumah sakit dan Althea berdiri disamping ibunya yang sudah terbaring lemah penuh luka di atas tempat tidur rumah sakit. Monitor detak jantung semakin mendatar, Althea langsung menangis dan memeluk ibunya.

"Ibu, maafkan Althea yang sudah kasar sama ibu.. Althea sayang sama ibu.. jangan pergi ibu..."

Althea melihat mata ibunya mulai terbuka dan melihat ke arahnya. Ibu menggenggam tangan Althea dan pada akhirnya ibu pergi untuk selama-lamanya. kini ibu telah tiada. Althea menangis meraung-raung di rumah sakit dan Alpha selalu berada disisi Althea untuk selalu memberi semangat. Althea sangat menyesal dengan kelakuannya yang belakangan ini jahat terhadap ibu.

Setelah beberapa tahun tidak ada ibu, Althea sudah menikah dengan Alpha dan memiliki 2 orang anak bernama Alea dan Alvaro. Althea kembali ke rumah lamanya saat masih bersama ibu. Althea mengemas barang karena rumah tersebut ingin dikontrakkan. Althea masuk ke kamar ibu dan menemukkan buku catatan harian ibu. Disana banyak cerita, curahan hati ibu semasa hidupnya dan Althea menemukan sesuatu yang sangat membuat dirinya sedih.

Jakarta, Maret 1994

Hari ini telah lahir anakku bernama Althea Darreena. Sangat sedih diriku menerima kenyataan bahwa Althea lahir tanpa memiliki seorang ayah. Sayang sekali saat aku pergi dengan ayah Althea, terjadi kecelakaan. Kecelakaan tersebut membuat anakku yang masih berada di dalam kandungan terganggu perkembangannya, dia memiliki kecacatan. pada saat dilahirkan yaitu matanya tidak dapat melihat sebelah. Aku tidak ingin anakku tidak dapat melihat dunia dengan tidak sempurna, jadi aku donorkan mata sebelah kiri ku untuknya. Untuk kedepannya, Althea harus menjadi orang yang lebih sukses dariku. Dengan mata yang aku telah berikan kepadanya, kuharap dengan cara ini, aku selalu bisa untuk bersamanya. 

Dengan cinta, Dina.

Althea langsung memegang bagian sebelah kiri mukanya dan dia menangis.

Alpha menghampirinya dan bertanya, "Ada apa Althea? kenapa kamu menangis?"

Althea tidak dapat menjawabnya dan memberikkan buku harian itu kepada Alpha. Alpha menenangkannya dan menasehatinya agar sesalu mendoakan ibunya selalu. Althea mengajak Alpha, Alea dan Alvaro untuk berziarah ke makam ibunya. Di makam tersebut, tidak hentinya Althea menangis. Mau bagaimana lagi, Althea tidak dapat memutar balikkan waktu untuk meminta maaf dan berbuat baik kepada ibunya. Althea sangat menyesal dan maka dari itu selalu berbuat baiklah kepada kedua orangtua karena kita tidak tau sampai kapan kita bisa bersama mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun