Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mata Segar, Telinga Peka: Kunci Empati Guru Abad 21

27 September 2025   08:43 Diperbarui: 27 September 2025   08:43 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penerapan empati, mata segar dan telinga peka, membuat murid merasa dihargai dan berani bersuara di kelas. (Foto: Gaurav Tiwari/Unsplash)

Dunia pendidikan di Abad 21 menuntut lebih dari sekadar transfer ilmu. Murid tidak hanya membutuhkan pengajar yang cakap secara akademis, tetapi juga pendidik yang mampu memahami mereka secara utuh: mulai dari karakter, potensi tersembunyi, hingga tantangan emosional yang dihadapi.

Untuk itu, guru perlu menguasai keterampilan non-akademis yang fundamental: empati yang lahir dari mata yang melihat fakta dan telinga yang menggali kebutuhan.

Inilah mengapa seorang guru perlu melatih dua indra penting: "mata segar" dan "telinga peka". Kombinasi keduanya menjadi kunci untuk tampil sebagai mentor sejati, bukan sekadar penyampai materi, dalam mewujudkan pendidikan bermutu.

Tantangan pembelajaran di Abad 21 bukan hanya soal kurikulum yang terus berubah, tetapi juga lingkungan hidup siswa yang penuh distraksi. Gawai, media sosial, dan banjir informasi sering membuat anak mudah lelah secara mental.

Di tengah derasnya arus itu, guru dengan mata segar dan telinga peka menjadi penyeimbang: hadir sebagai figur yang bukan hanya mengajar, tetapi juga menuntun, merangkul, dan menguatkan.

Pilar 1: Mata Segar

Mata segar adalah kemampuan melihat tanpa dipengaruhi prasangka, harapan, atau pengalaman masa lalu. Ini adalah proses observasi yang hadir sepenuhnya, tanpa penilaian, dan tanpa penghakiman.

Bagi guru, menerapkan mata segar berarti:

  • Mencatat fakta: mengamati dan mencatat detail perkembangan atau perilaku anak sebagaimana adanya. Misalnya, bukan menulis "Anak itu malas," melainkan mencatat "Anak itu menyelesaikan tugasnya 15 menit setelah bel berbunyi."
  • Menemukan potensi: fokus pada apa yang dilakukan murid dengan baik, bukan sekadar kekurangannya. Sering kali potensi terbesar, misalnya kreativitas dalam memecahkan masalah, tersembunyi di balik kenakalan atau kesulitan belajar.
  • Memberi waktu khusus: menyediakan momen untuk mengamati, meski hanya satu atau dua anak per hari, demi mendapatkan gambaran yang autentik.

Pilar 2: Telinga Peka

Jika mata segar menangkap visual, telinga peka menangkap nuansa di balik kata-kata. Seorang pendidik dengan telinga peka paham bahwa komunikasi bukan hanya tentang apa yang diucapkan, tetapi juga emosi yang ada di baliknya.

Telinga peka memungkinkan guru untuk:

  • Memahami emosi: menangkap keraguan, kecemasan, atau kegembiraan dalam nada suara, meski kata-kata terdengar biasa.
  • Menggali kebutuhan: menyadari kebutuhan tersembunyi. Misalnya, siswa yang sering mengganggu kelas mungkin sebenarnya sedang mencari perhatian atau pengakuan, bukan sekadar ingin melanggar aturan.
  • Menciptakan rasa aman: saat merasa dihargai dan didengarkan, murid akan lebih berani bertanya, berdiskusi, dan aktif dalam pembelajaran.

Bayangkan seorang siswa yang terlihat menunduk setiap kali diminta maju ke depan kelas. Dengan mata segar, guru menangkap bahasa tubuhnya yang ragu-ragu; dengan telinga peka, ia mendengar suara pelan penuh gugup ketika siswa itu akhirnya berbicara. 

Dari sana, guru bisa memahami bahwa bukan malas yang jadi masalah, melainkan rasa takut dinilai. Dari pemahaman ini lahirlah empati yang memampukan guru memberi dukungan tepat: misalnya dengan melatih siswa tampil dalam kelompok kecil lebih dulu.

Sinergi Mata & Telinga: Kunci Respons Tepat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun