Ketika mata segar dan telinga peka bekerja bersama, lahirlah empati yang terarah. Guru tidak hanya berasumsi tentang masalah siswa atau merasa kasihan, melainkan memiliki dasar nyata untuk merespons dengan tepat (responsive teaching).
Contohnya, seorang siswa selalu menghindari kerja kelompok. Dengan mata segar, guru melihat pola itu; dengan telinga peka, ia menangkap kecemasan mendalam di intonasi suaranya.
Alih-alih memberi label anti-sosial, guru dapat merancang intervensi yang membantu mengurangi kecemasan, sekaligus menumbuhkan ketangguhan.
Ada pula kasus siswa yang sering terlihat menggambar atau melamun saat kegiatan kelompok. Dengan mata segar, guru mencatat fakta perbedaan kinerja drastis antara situasi mandiri dan kolaboratif. Dengan telinga peka, guru menyimpulkan bahwa ia mungkin mencari stimulasi yang lebih besar atau lebih nyaman bekerja dalam mode visual.
Dari sana, guru dapat merespons dengan memberi tugas pendamping yang lebih menantang atau memintanya menjadi desainer visual untuk presentasi kelompok.
Keterampilan ini juga sejalan dengan soft skills guru Abad 21. Empati menjadi fondasi yang menopang kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, dan kreativitas.
Tanpa empati, komunikasi hanya sekadar formalitas, kolaborasi terasa dipaksakan, berpikir kritis kehilangan arah, dan kreativitas sulit diarahkan pada kebutuhan nyata murid. Dengan empati, keempat keterampilan itu dapat tumbuh harmonis, sehingga pembelajaran menjadi lebih relevan dan bermakna.
Guru Sebagai Tokoh Utama Pendidikan Bermutu
Di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan kurikulum, peran guru sebagai tokoh utama penentu kualitas tak tergantikan. Melatih mata segar dan telinga peka adalah investasi pribadi yang sangat berharga.
Dengan menjadikannya kebiasaan, pendidik bukan hanya memenuhi tuntutan profesional, tetapi secara aktif ikut melahirkan generasi yang bukan hanya cerdas, melainkan juga merasa dipahami dan dihargai.
Inilah inti dari pendidikan berkualitas yang kita cita-citakan agar generasi muda siap hadapi tantangan Abad 21.
Mari kita mulai dengan satu langkah sederhana: hari ini, lihatlah siswa dengan "mata segar", dan dengarkan mereka dengan "telinga peka".