Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Pencinta tulisan renyah nan inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Transpersornal Learning, Saat Sekolah Menjadi Rumah Kedua

25 September 2025   10:10 Diperbarui: 25 September 2025   10:10 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendidik dengan hati akan membuat sekolah terasa seperti rumah kedua. (Foto: Husniati Salma/Unsplash)

Suatu pagi, Andi menerima hasil ulangan yang ia yakini hasilnya kurang memuaskan. Ia menunduk, takut mendapat teguran. Namun, alih-alih dimarahi, gurunya justru menyapanya dengan hangat, memberi semangat, dan berkata, "Nilai bisa diperbaiki, tapi keberanianmu mencoba itu yang lebih penting."

Saat itu, Andi merasa, ternyata sekolah bukan sekadar tempat belajar, melainkan rumah kedua yang jauh berbeda dengan ruang kelas yang sering kali hanya dipandang sebagai tempat mengejar angka dan ranking

Pertanyaannya, apakah sekolah sudah benar-benar menjadi rumah kedua bagi para murid? Tempat mereka merasa aman, didengarkan, sekaligus dituntun untuk berkembang sebagai pribadi yang utuh?

Di sinilah konsep transpersonal learning hadir sebagai jembatan. Sebuah pendekatan yang mengingatkan kembali bahwa inti pendidikan bermutu bukan hanya mengajar, melainkan juga mendidik: membentuk jiwa, budi, dan karakter.

Guru Sejati

Sering kali istilah guru dilekatkan hanya pada peran sebagai pengajar, yaitu sosok yang menyampaikan ilmu pengetahuan dari buku ke kepala murid. Namun, ada peran lain yang tak kalah penting: menjadi pendidik.

Seorang pengajar fokus pada apa yang dipelajari. Misalnya, ia hanya memastikan murid menghafal rumus gerak lurus berubah beraturan (GLBB) agar bisa menjawab soal ujian.

Seorang pendidik tidak hanya mengajarkan rumus, tetapi juga mengaitkan GLBB dengan makna kehidupan: tentang kecepatan dalam melangkah, ketepatan dalam mengambil keputusan, dan daya dorong untuk terus maju.

Ki Hajar Dewantara telah mengingatkan sejak lama, bahwa guru seharusnya hadir dengan tiga peran: ing ngarso sung tulodo (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah membangun semangat), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan).

Inilah yang menegaskan bahwa guru sejati bukan hanya pengajar, melainkan juga pendidik yang membentuk budi pekerti.

Guru dalam kerangka ini tidak lagi sekadar transfer of knowledge, melainkan menjadi fasilitator pertumbuhan jiwa murid.

Transpersonal Learning

Dalam dunia pendidikan modern, istilah transpersonal learning menawarkan perspektif yang segar. Ia mengingatkan bahwa tugas guru bukan sekadar mengisi kepala murid dengan pengetahuan, tetapi juga menyentuh hati dan jiwanya. Secara sederhana, ini adalah sebuah pendekatan yang melampaui sekadar angka dan nilai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun