Agung Webe menghadirkan "Kalacakra" sebagai karya yang terasa seperti doa yang mengalir—mengajarkan kita untuk ikhlas, hening, dan penuh cinta.
Kata-kata seperti "lebur" dan "nyawiji" bukan hanya metafora—mereka jadi cermin bahwa kadang kita memang perlu melepas topeng, melepas kekhawatiran agar bisa menjadi utuh.
Bagiku, "Kalacakra" adalah bisikan hening yang pada akhirnya melebur dalam satu kata sederhana sekaligus agung: cinta.
Menutup dengan Cinta
Lagu "Kalacakra" memberi kita pelajaran berharga: waktu yang selalu berputar, hening yang menenangkan hati, ego yang harus dilepaskan, dan pada akhirnya penyatuan diri dengan yang agung.
Semoga lagu ini tidak hanya didengar, tetapi juga dirasakan—menjadi pengingat agar kita hidup lebih sadar, lebih damai, dan lebih penuh cinta.
Sebagai penutup, aku ingin berbagi versi cover Kalacakra yang sempat kubuat. Semoga getar yang kurasakan juga bisa sampai ke hatimu.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI