Mohon tunggu...
Ditta Atmawijaya
Ditta Atmawijaya Mohon Tunggu... Editor

Aku suka menulis apa saja yang singgah di kepala: fiksi, humaniora, sampai lyfe writing. Kadang renyah, kadang reflektif, dan selalu kuselipkan warna. Seperti hidup: tak satu rasa, tetapi selalu ada makna.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Kalacakra, Lagu Agung Webe tentang Cinta, Waktu dan Kesadaran

21 September 2025   20:50 Diperbarui: 21 September 2025   23:29 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku, Gusti, lebur nyawiji—pesan Kalacakra yang menyentuh hati. (Foto: Dok. Pribadi)

Pertama kali mendengar "Kalacakra", aku menangis. Begitu juga saat menyanyikannya. Lagu ini seolah membawa getar yang tak bisa dijelaskan.

Saat membuat cover, aku bahkan beberapa kali terhenti karena terbawa rasa. Mungkin inilah kekuatan sejati karya Agung Webe: ia tidak hanya terdengar, tetapi langsung menyentuh hati yang mendengarnya.

KALACAKRA

Langkah kakiku, darma baktiku
Memuji cinta, cinta yang terpuji
Mewujud nyata, di atas dunia

Genggam tanganmu, peluk eratmu
Canda tawamu, tangis sukamu
Cinta itu, kamu

Kalacakra
Menenging ati sakti paripurno
Kalacakra
Moksa, mukti, piranti diri
Kalacakra
Aku, Gusti, lebur nyawiji

Kubuka pintu spanjang jalanku
Mengukir kisah karma terindah
Mewujud nyata, di atas dunia

Bukan diriku, bukan dirimu
Di dalam jiwa, kita tanpa rupa
Cinta itu, kamu

Lagu "Kalacakra" karya Agung Webe bukan sekadar rangkaian nada, melainkan renungan. Ia meresap ke ranah spiritual dan filosofis, mengajak pendengarnya berhenti sejenak, mendengarkan, dan meresapi.

Dalam bahasa Sanskerta, kalacakra berarti perputaran waktu. Liriknya sarat makna filosofis, mengajak kita menelusuri perjalanan batin: tentang cinta dan kesadaran.

Hidup bukan hanya tentang kecepatan dan pencapaian, melainkan juga tentang makna dan penyatuan diri.

Aku membawakan lagu ini dalam versi cover sederhana, dengan suara apa adanya. Bukan untuk mengejar kesempurnaan teknis, melainkan agar pesannya sampai setulus mungkin. 

Tanpa efek vokal berlebihan, harapanku, keaslian akan muncul sebagai kekuatan tersendiri—pesan lagu terasa lebih dekat, sederhana, dan mudah diterima.

Makna dalam Lirik Kalacakra

Beberapa bagian lirik menyimpan pesan yang begitu dalam dan masih sangat relevan dengan kehidupan kita sekarang:

  • Kalacakra = Perputaran waktu
    Hidup terus bergerak, waktu tak bisa diulang. Lagu ini mengingatkan kita untuk menghargai setiap momen, bukan hanya hasil akhir.
  • Menenging ati, sakti paripurno = Hening hati adalah kesaktian tertinggi
    Kekuatan sejati bukan dari kekayaan, popularitas, atau aktivitas fisik—melainkan kedalaman kesadaran dan ketenangan batin. Di tengah distraksi zaman modern, ia adalah kekuatan yang menenangkan, sekaligus kebutuhan agar tetap waras.
  • Moksa, mukti, piranti diri = Melepaskan ego, kemuliaan, sebagai alat diri
    Pesan yang kontras dengan budaya media sosial, di mana orang kerap terjebak pada pencitraan. Kebebasan sejati justru hadir ketika kita mampu melepaskan kelekatan itu.
  • Aku, Gusti, lebur nyawiji = Aku, Tuhan melebur menjadi satu
    Penyatuan spiritual ini menjadi cermin bahwa hidup bukan hanya tentang ego pribadi, melainkan tentang kembali kepada sumber yang lebih besar.

Relevansi di Kehidupan Modern

Lebih dari sekadar lirik, pesan-pesan ini memiliki relevansi kuat dalam kehidupan modern kita.

  • Nikmati momen
    Di era serba cepat dan instan, kita sering terasa dikejar deadline, target, dan keinginan cepat berhasil. Kalacakra mengingatkan kita bahwa waktu adalah aset berharga—penting untuk menghargai semua momen yang hadir dan tidak akan pernah kembali.
  • Hening sebagai kebutuhan mental
    Banyak dari kita terjebak dalam rutinitas yang padat (media sosial, notifikasi, tekanan kerja), hening menjadi barang langka. Menenging ati mengajak kita mengambil waktu untuk diam, merenung, atau bermeditasi bisa sangat menyembuhkan dan memperkuat mental.
  • Identitas sejati
    Di tengah budaya "pamer" di media sosial, moksa mukti piranti diri mengajarkan bahwa kebebasan sejati berasal dari melepaskan kebutuhan akan validasi eksternal.
  • Spiritualitas di tengah kesibukan
    Kehidupan modern seringkali membuat orang merasa terpisah—dari diri sendiri, dari orang lain, bahkan dari spiritualitasnya sendiri. Lebur nyawiji bisa menjadi ajakan untuk kembali terhubung dengan diri yang lebih besar dari sekadar "aku yang sibuk."

Refleksi Pribadi

Membawakan lagu dengan nada sederhana ini membuatku sadar: keindahan bukan selalu soal kesempurnaan, melainkan tentang kejujuran hati.

Kesederhanaan menyisakan ruang bagi kita untuk ikut "bernafas" dalam liriknya— membuat pesan terdengar asli: tentang rasa rindu akan hening, keinginan memahami diri, dan keikhlasan dalam cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun