"Den, menurut lo, lebih enak kerja di kantor atau kerja dari rumah?" tanyaku sambil menyeruput kopi.
Deni langsung menoleh, wajahnya masih setengah melamun. "Gimana, gimana?"
Aku geleng-geleng kepala. "Dasar, lo lagi mikirin apaan sih?"
"Hahaha, lagi nikmatin kopilah, Bro. Kafe ini kan terkenal banget blended coffee-nya. Hmm, kadang aku suka mikir, kopi di sini lebih mantap daripada bikin sendiri di rumah," katanya sambil nyengir.
Aku terkekeh. "Aku nanyanya bukan soal kopi, Den."
"Ah iya, iya," dia menepuk dahinya, seakan baru sadar. "Bedanya kerja di kantor sama di kafe, ya?"
Aku ngakak. "Kafe dari mana? Maksud gue kantor sama rumah, Den. Kan, sekarang sistem kerja kita hybrid, tuh—kadang WFO, kadang WFH. Jadi, topik ini masih seru aja buat diobrolin. Btw, lo beneran lagi ngopi doang? Gak lagi nglamun jorok, kan?"
Jadilah kami ngakak berdua. Obrolan receh di kafe sore itu malah nyambung ke hal serius: pola kerja yang sudah berubah.
Ya ... sebenarnya ini adalah pertanyaan klasik yang sering muncul sejak pandemi melanda. Aku sendiri sempat merasakan keduanya.Â
Kerja di kantor itu jelas punya ritme yang tegas: berangkat pagi, pulang sore (atau malah malam). Sedangkan saat remote working, ritme itu mendadak lebih lentur—menyenangkan, iya, tetapi kadang juga bikin bingung.
"Kerja dari rumah itu surga!" Demikian pendapat salah satu temanku yang lain.