Dengan memaknai commuting sebagai jeda, kita memberi kesempatan bagi diri kita untuk memproses emosi, sehingga emosi buruk tidak mudah menular ke ruang lain dalam hidup.
Sering kali, siklus stres dimulai dari kemacetan atau padatnya kendaraan umum yang memicu frustrasi. Jika emosi ini tidak diolah, kita cenderung membawanya hingga ke meja kerja, membuat kita lebih mudah marah atau sulit fokus.
Begitu juga sebaliknya, tekanan di kantor bisa terbawa pulang dan membuat kita tidak sabar saat berinteraksi dengan keluarga.
Commuting berfungsi sebagai "buffer" yang memberi kita ruang dan waktu untuk mengatur ulang emosi, sehingga kita bisa hadir secara penuh di setiap peran.
Dampak Positif bagi Work-Life Balance
Ketika commuting dijalani dengan perspektif ini, perjalanan tidak lagi sekadar melelahkan. Ia bisa menjadi decompression time—ruang untuk menurunkan ketegangan, memisahkan peran, dan memulihkan energi.
Hasilnya, saat tiba di kantor kita lebih siap untuk fokus bekerja, dan saat tiba di rumah kita lebih tenang untuk hadir bagi keluarga.
Dalam jangka panjang, commuting yang dimaknai sebagai jeda psikologis membantu menjaga kesehatan mental kita tetap stabil. Kita menjadi lebih seimbang, lebih tahan terhadap stres, dan lebih mampu menjaga hubungan personal maupun profesional dengan sehat.
Menutup Perjalanan dengan Kesadaran Baru
Commuting memang sulit dihindari di kota besar. Jalanan macet atau transportasi penuh sesak mungkin tidak bisa kita kendalikan. Namun, kita bisa memilih bagaimana memaknai waktu tersebut.
Alih-alih menjadi sumber stres, perjalanan bisa menjadi ruang jeda yang justru kita butuhkan.
Dengan begitu, commuting bukan hanya memindahkan tubuh dari rumah ke kantor. Ia juga membantu memindahkan pikiran dari keruwetan menuju ketenangan, dari lelah menuju keseimbangan.
Bagaimana kalau minggu ini kita bereksperimen sedikit? Saat commuting, pilih satu aktivitas sederhana yang membuat hati lebih tenang—entah musik, melamun, atau mengamati sekitar. Lalu, amati perasaanmu saat tiba di tujuan. Apakah ada perubahan rasa di dalam hati?