Maka hari ini, aku memilih.
Aku memilih untuk mundur.
Memilih untuk pulang—bukan karena aku harus, tapi karena aku ingin.
Aku tak ingin menyesal lebih jauh.
Aku ingin belajar mencintai lagi, dari awal. Dari titik kosong. Dari luka yang jujur.
Aku menutup ponsel. Menghapus nomor yang seharusnya tak pernah kusimpan. Sebuah napas lega kuembuskan, entah untuk diriku, atau untuk janji yang baru saja kuperbarui. Lalu berjalan ke ruang tengah. Seangkir teh buatanku sudah dingin. Tapi dia masih di sana. Menunggu. Selalu menunggu.
Aku ingin pulang. Tapi bukan ke rumah—melainkan ke diriku yang dulu. Ke janji yang pernah kubuat, dan pernah kuabaikan.
Aku tak akan mengaku padanya. Bukan karena ingin bersembunyi. Tapi karena ini bukan tentang dia. Ini tentang aku.
Karena sebelum bisa memintanya percaya lagi, aku harus belajar percaya pada diriku sendiri.
Aku yang harus belajar mencintai tanpa mencari pelarian.
Aku yang harus kembali menghargai, sebelum berharap dihargai.
Aku yang harus menyalakan kembali bara kecil yang dulu pernah kami nyalakan bersama, sebelum ia padam dan hanya menyisakan abu.
Jika aku ingin dihargai kembali, akulah yang harus memulai.
Bukan dengan kata-kata. Tapi dengan tindakan.
Dengan kehadiran.
Dengan kesetiaan yang bukan sekadar janji.
Dengan pilihan yang tepat setiap hari.
Aku tahu, luka ini tak serta-merta sembuh. Kepercayaan bukan benda yang bisa direkatkan begitu saja. Kadang butuh waktu, kadang butuh keheningan. Tapi aku tak ingin menunggu tanpa berbuat apa-apa.
Aku tak mau menyebut ini pengampunan sebelum ia siap memberikannya. Tak mau menyebut ini akhir sebelum kami benar-benar bicara. Tapi setidaknya, aku mulai.
Karena mencintai bukan sekadar perasaan. Ia adalah tindakan. Dan kali ini, aku memilih mencintai dengan utuh, tak lagi setengah hati. Tak lagi lari.
Aku pernah menyakiti. Tapi aku tak harus tinggal sebagai penyakitan.
Jika suatu hari ia tahu semuanya, aku ingin ia melihat versi diriku yang sudah lebih jujur, lebih berani, dan lebih tulus dalam mencintai. Bukan yang dulu. Bukan yang mengkhianati dalam diam.