Mohon tunggu...
Dita Widodo
Dita Widodo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha. Praktisi urban garden dari 2016-sekarang. Kompasiana sebagai media belajar dan berbagi.

1996 - 2004 Kalbe Nutritional Foods di Finance Division 2004 - 2006 Berwirausaha di Bidang Trading Stationery ( Prasasti Stationery) 2006-sekarang menjalankan usaha di bidang Travel Services, Event Organizer dan Training Consultant (Prasasti Selaras). 2011 Mulai Belajar Menulis sebagai Media Belajar & Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Iklan Anak Sapi, Inspirasi Pagi ini :):)

4 Desember 2012   00:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:13 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedikit mengulas persoalan tentang upaya mengatasi kekurangan daging lokal yang sudah berjalan puluhan tahun.  Banyak kendala tentunya yang terjadi di lapangan. Di bawah komando Pak Dis, satu per satu benang kusut itu sedang dalam proses penguraian. Dimana di antaranya adalah mahalnya pakan ternak sehingga menyulitkan para peternak sapi di negeri ini. Namun dengan dipastikannya bahwa daun kelapa sawit dan bungkil kelapa yang diolah itu dapat menjadi pengganti nutrisi bergizi bagi sapi, adalah sebuah kenyataan yang sangat menjanjikan harapan bagi kita semua. Dan Sumatra yang menjadi gudang kelapa sawit siap memproduksi pakan ternak yang murah dan berlimpah.

Namun setelah persoalan pakan ternak selesai, rupanya persoalan lain muncul. Karena bibit sapi ada di NTT/NTB, dimana letaknya sangat berjauhan. Pengangkutan anak sapi ke Sumatra tentunya bukan solusi karena akan memakan biaya transportasi yang tinggi. Sementara daun sawit yang selama ini kelihatannya terbuang, ternyata pada dasarnya menjadi pupuk bagi pohon itu sendiri. Jadi jika daun itu diangkat dari kebun, maka pohon sawit akan kehilangan salah satu pupuk alaminya.

Berbeda jika sapi memakan daun tersebut di lokasi, maka kotoran sapi akan menjadi pengganti pupuk yang hilang tersebut.

Karena persoalan tersebut, maka timbullah ide baru yang salah satunya adalah harus ada program khusus membuat anak sapi sebanyak-banyaknya di Sumatra. Agar sapi-sapi itu kelak dapat bersimbiosis mutualisme dengan kelapa sawit dimana ratusan ribu hektar luasnya.

Inilah seni sebuah usaha. Dimana satu persoalan teratasi, muncul persoalan lainnya. Namun sesungguhnya beginilah hidup. Dimana manusia memang harus selalu mengerahkan segala daya dan upaya dalam mencapai sebuah tujuan. Dan sebaik-baik tujuan adalah membawa manfaat bagi sebanyak-banyak umat manusia. Jika upaya atau usaha itu dicermati, polanya akan selalu sama dan sebangun. Masalah satu teratasi, muncul persoalan berikutnya di depan mata.

Jalan hidup setiap kita memang pastilah berbeda satu sama lainnya. Besar kecilnya resiko atas masalah yang terjadi pun beragam jenisnya. Tapi percayalah, bahwa persoalan demi persoalan pasti datang silih berganti. Perbedaan skala kala kecil, menengah dan besar itu ternyata hanyalah sebatas sudut pandang setiap kita.

Maka menyambut matahari yang kian naik sepenggalah, marilah kita memperbarui misi dalam diri. Memproduksi harapan tiada henti. Menyalakan semangat dan menggali inspirasi demi inspirasi. Menyelipkan do’a-do’a terbaik pagi ini. Agar sudut pandang kita pun semakin melebar dan meluas seiring berjalannya waktu....

Sehingga berbagai rintangan dan masalah hari ini menjadi lebih lebih ringan dan mudah adanya. Semoga.... :):)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun