Mohon tunggu...
Dismas Kwirinus
Dismas Kwirinus Mohon Tunggu... Penulis - -Laetus sum laudari me abs te, a laudato viro-

Tumbuh sebagai seorang anak petani yang sederhana, aku mulai menggantungkan mimpi untuk bisa membaca buku sebanyak mungkin. Dari hobi membaca inilah, lalu tumbuh kegemaran menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mitos-mitos tentang Kejadian Alam: Menguak Peristiwa Primordial

26 Oktober 2020   11:25 Diperbarui: 26 Oktober 2020   11:37 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini tampak bahwa mitos itu bukan hanya suatu cerita yang disampaikan begitu saja, tetapi lebih dari itu mitos merupakan suatu realitas yang dihidupi, sungguh dipercaya, diyakini mempunyai kekuatan-kekuatan supranatural dan mengandung suatu kenyataan ontologis seperti yang dijelaskan di atas. 

Mitos berbeda dengan legenda atau kisah, dongeng-dongeng atau hikayat. Ia berbicara tentang apa yang kenyataannya terjadi dan mencoba menguak misteri suatu peristiwa primordial yang masih selalu diceritakan dan diulangi sampai saat ini. Karena itu ia berurusan dengan waktu dan ritus.

Dalam mitos, kita dapat mengenal bagaimana suatu masyarakat mengembangkan sistem kebudayaan, sosial, politik dan pandangan hidup yang dianut masyarakat yang melahirkan mitos tersebut. Hal ini juga terjadi pada masyarakat Dayak. Pandangan hidup mereka salah satunya tertuang dalam mitos-mitos.

Di kalangan Dayak Iban dikenal cerita "Ara dan Iri", "Senggalang Burong". Di kalangan Dayak Kanayatn dikenal cerita "Pusat ai' Pauh Jangi" (Pusat Air Pohon Kelapa). Di kalangan Dayak Kenyah dikenal cerita "Bungan Malan", "Raja Petara". Di kalangan Dayak Ngaju dikenal cerita "Batang Garing". 

Namun, hampir semua cerita-cerita mitos tersebut juga mengungkapkan suatu pandangan orang Dayak dalam hubungan mereka dengan alam yang pada prinsipnya sama, hanya cara, sarana dan simbol yang digunakan untuk mengungkapkannya.

Cerita-cerita mitos tentang kejadian alam tersebut ternyata memperlihatkan suatu raut persamaan yang mencolok, yaitu bahwa proses terjadinya dan penciptaan alam (juga manusia) melalui suatu perkawinan kosmis. 

Proses itu selalu terjadi dalam pertemuan prinsip-prinsip maskulin dan feminin. Kedua prinsip ini dilambangkan dengan berbagai simbol, seperti burung, gunung dan pohon. 

Alam (dan segala isinya) selalu terjadi karena "dilahirkan oleh". Misalnya, anak-anak yang dilahirkan Kanto Mugo, istri Raub Manoh dalam mitos tentang terjadinya alam semesta dari Dayak Kayan menjadi asal mula semua binatang hutan di bumi ini.

Dalam mitos-mitos tersebut, ditunjukkan juga bahwa proses terjadinya alam ini juga melalui proses "polarisasi". Melalui suatu pertentangan atau perbenturan (kontradiksi). 

Proses polarisasi itu menyebabkan kehancuran, kehidupan baru, kehancuran lagi dan kehidupan baru kembali demikian seterusnya. Pandangan seperti ini misalnya dapat kita lihat dalam cerita tentang mitos penciptaan "Batang Garing" di kalangan Dayak Ngaju.

 Dari sekian banyak mitos penciptaan yang terdapat dikalangan masyarakat Dayak, ada pendapat bahwa mitos penciptaan dari Suku Dayak Ngaju yang boleh dikatakan merupakan satu-satunya mitos yang masih terpelihara secara lengkap di antara kebudayaan-kebudayaan Dayak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun