Mohon tunggu...
Miftakhurrohmah (22104080077)
Miftakhurrohmah (22104080077) Mohon Tunggu... Mahasiswi Universitas Islam Negeri Yogyakarta

Mari berdiskusinspirasi bersama!

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Menghidupkan Warisan Panembahan Bodho: Tradisi Bubur Krecek di Masjid Sabilurrosyad Kauman Wijirejo

29 Maret 2025   22:56 Diperbarui: 29 Maret 2025   22:56 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Bubur Krecek  (Sumber: maulida.af)

Di tengah hiruk-pikuk modernisasi, tradisi lokal yang sarat makna tetap lestari di berbagai pelosok Nusantara. Salah satunya adalah tradisi berbuka puasa dengan bubur sayur krecek di Masjid Sabilurrosyad, yang terletak di Dusun Kauman, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Tradisi ini tidak hanya menjadi simbol kebersamaan, tetapi juga cerminan kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun sejak abad ke-16.

Sejarah Masjid Sabilurrosyad

Masjid Sabilurrosyad, yang lebih dikenal sebagai Masjid Kauman Wijirejo, didirikan pada tahun 1485 Masehi oleh Panembahan Bodho atau Raden Trenggono, cicit dari Raja Brawijaya V, penguasa terakhir Kerajaan Majapahit. Raden Trenggono merupakan murid dari Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa. Setelah mendalami ajaran Islam, Raden Trenggono memilih menetap di Kauman untuk menyebarkan agama Islam kepada masyarakat setempat. Masjid ini awalnya berukuran 7x7 meter dan telah mengalami beberapa kali pemugaran, termasuk pada masa kolonial Belanda dan renovasi terakhir antara tahun 1995 hingga 1997, sehingga luasnya kini mencapai dua kali lipat dari ukuran semula.

Tradisi Berbuka Puasa dengan Bubur Sayur Krecek

Setiap bulan Ramadan, Masjid Sabilurrosyad mempertahankan tradisi unik dalam menyambut waktu berbuka puasa. Warga setempat bersama-sama menyiapkan takjil berupa bubur sayur krecek, sebuah hidangan khas yang telah menjadi bagian dari budaya lokal selama berabad-abad. Bubur ini disajikan dengan sayur lodeh yang terdiri dari potongan tempe, tahu, krecek (kulit sapi yang dikeringkan), serta tambahan mie lethek atau bihun goreng. Kombinasi ini menghasilkan cita rasa yang khas dan menggugah selera, menciptakan suasana kebersamaan yang hangat di antara jamaah masjid. 

Makna Filosofis di Balik Bubur Sayur Krecek

Tradisi menyantap bubur sayur krecek saat berbuka puasa di Masjid Sabilurrosyad bukan sekadar ritual kuliner, tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam. Tekstur bubur yang lembut melambangkan kelembutan hati dan kebaikan, nilai-nilai yang diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada masa lalu, hidangan ini digunakan sebagai sarana dakwah yang efektif oleh para ulama, karena bubur yang mudah dicerna dianggap sesuai untuk semua kalangan, baik muda maupun tua. Dengan demikian, tradisi ini tidak hanya mempererat tali silaturahmi antarwarga, tetapi juga menjadi media penyampaian nilai-nilai keislaman secara halus dan membumi. 

Pelestarian Tradisi di Era Modern

Di tengah arus globalisasi dan perubahan gaya hidup, mempertahankan tradisi seperti berbuka puasa dengan bubur sayur krecek menjadi tantangan tersendiri. Namun, warga Dusun Kauman dengan penuh semangat terus melestarikan budaya ini sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan leluhur dan upaya menjaga identitas budaya lokal. Setiap harinya, mereka bergotong-royong menyiapkan hidangan ini, dengan jumlah porsi yang disesuaikan berdasarkan hari dalam minggu; misalnya, pada hari Jumat, jumlah porsi yang disiapkan lebih banyak karena antusiasme warga yang lebih tinggi untuk berbuka bersama di masjid.  Tradisi berbuka puasa dengan bubur sayur krecek di Masjid Sabilurrosyad merupakan cerminan kekayaan budaya dan kearifan lokal yang telah diwariskan selama berabad-abad. Lebih dari sekadar ritual berbuka, tradisi ini mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, dan penghormatan terhadap warisan leluhur. Di tengah dinamika perubahan zaman, upaya pelestarian tradisi ini menjadi penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai luhur tersebut tetap hidup dan dapat diteruskan kepada generasi mendatang.

Untuk lebih memahami tradisi ini, Anda dapat menyaksikan video berikut yang menggambarkan suasana berbuka puasa dengan bubur sayur krecek di Masjid Sabilurrosyad:
https://vt.tiktok.com/ZSr25s9UB/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun