Mohon tunggu...
Nadira Aliya
Nadira Aliya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk tetap menghidupkan pikiran

Halo! Saya Diraliya, seorang penulis lepas yang cerewet ketika menulis namun kalem ketika berbicara. Selamat membaca tulisan-tulisan saya, semoga ada yang bisa diambil darinya :)

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Milenial Bisa Apa Buat Jaga Stabilitas Sistem Keuangan?

3 Agustus 2019   15:56 Diperbarui: 3 Agustus 2019   16:00 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stabilitas Sistem Keuangan dan Peran BI dalam Mewujudkannya/source: BI.go.id

Mempelajari segala hal yang berbau finansial sedang menjadi tren bagi para generasi millenial, termasuk saya. Pasalnya, di usia sekarang ini, kami baru saja merasakan nikmatnya rekening yang rutin terisi setiap akhir bulan. Sebuah hal yang harus disyukuri sebetulnya, sebab tak semua orang mungkn seberuntung saya. Tapi tidak lalu jadi lengah, perlu strategi jitu agar tidak memboros, lalu menyesal di tanggal tua karena lengah berfoya-foya di awal bulan.

Di era ini, belajar apa saja jadi lebih mudah. Bahkan hanya dengan membuka media sosial, jika tahu apa yang ingin dicari, apapun bisa ditemukan, termasuk ilmu-ilmu finansial dan cara mengatur keuangan pribadi. Follow berbagai akun informatif demi melek finansial pun saya lakukan.

Boleh dibilang, saya cukup beruntung karena setahun ini bisa merasakan stabilnya aliran rezeki masuk ke kantong. Tapi jika dipikir lebih jauh lagi, saya bisa ada dalam zona "aman" tiap bulan, itu juga disebabkan karena sistem keuangan negeri ini bisa dikatakan sedang stabil. Acung dua jempol kepada para pejuang stabilitas moneter dan stabilitas keuangan yang menjalankan tugasnya dengan sangat baik, bahkan dengan gonjang-ganjing pemilihan presiden di awal tahun, tidak ada krisis di negeri ini. Kepercayaan publik pada bank tergolong baik.

Telisik Balik Krisis Keuangan yang Pernah Menimpa Indonesia

Seandainya saya harus hidup di tahun saat ada aksi masa besar-besaran untuk menurunkan presiden dan berada di usia yang baru bekerja seperti sekarang ini, entah apakah saya bisa tetap tenang seperti sekarang. Sewaktu-waktu, saya bisa saja kehilangan pekerjaan saya, kehilangan pemasukan gaji di bank setiap tanggal 25, dan mungkin juga kehilangan uang yang saya tabung di bank.

Ya, krisis tahun 1998 memang salah satu tragedi kelam di Indonesia. Saat itu, kondisi politik amat tidak stabil. Ditambah lagi ada terlalu banyak bank yang beroperasi. Awalnya tentu banyak orang senang, pinjam uang jadi mudah. Tapi tak ada yang menduga ujungnya adalah banyak bank ditutup, uang nasabah melayang, banyak orang di-PHK. Ketidakstabilan sistem keuangan membuat ketidakstabilan hidup ban

Sepuluh tahun kemudian, di tahun 2008, lagi terulang krisis stabilitas keuangan, kali ini sumbernya dari negeri Paman Sam. Hantu itu bernama subprime mortgage, pinjaman dengan syarat mudah bagi rakyat kelas menengah ke bawah yang ingin memiliki rumah sendiri, tak peduli mereka tak punya riwayat kredit yang baik, tak peduli bahwa tak ada yang menjamin tidak akan terjadi gagal bayar. Yang penting, bisa punya rumah.

Permintaan terhadap kredit meningkat, suku bunga naik, aktivitas ekonomi memanas, investor menaruh telurnya ke keranjang investasi properti. Orang masih berbondong-bondong kredit kepemilikan properti. Tapi lalu masalah muncul, para kreditor yang sudah mencicil rumah kewalahan membayar cicilan dengan bunga yang terus menanjak. Tak sanggup membayar, banyak kreditor yang akhirnya foreclosure, menyerah dan meninggalkan rumah yang sudah diperjuangkan bertahun-tahun.

Imbasnya di Indonesia, tak sekelam krisis 1998, namun tetap saja stabilitas ekonomi sedikit terdampak. Orang-orang saat itu akan berpikir dua kali untuk berinvestasi di sektor real estate. Kepercayaan pada sistem keuangan tidak bergoyang separah sepuluh tahun lalu, namun tetap saja ada kehati-hatian dalam mengelola keuangan dan portfolio.

Peran Millenial Bahu Membahu Jaga Stabilitas Keuangan 

Belajar dari krisis yang pernah dialami negeri khatulistiwa ini, tentu ada berbagai upaya menghindari terulangnya kembali sejarah kelam yang menimpa sistem stabilitas keuangan. Setiap dari kita ingin sistem yang stabil, tahan terhadap gangguan ekonomi, dengan mekanisme ekonomi yang baik. Mimpi buruh ribuan pegawai diputus hubungan kerja dan nasabah kehilangan uang di bank tidak boleh terjadi lagi di masa depan.

Bank Indonesia berperan penting untuk menjaga sistem stabilitas keuangan. Strategi menjaga agar sistem tetap stabil dilakukan dengan koordinasi & kerjasama, pemantauan, pencegahan krisis, dan manajemen krisis. Peran BI tak tanggung-tanggung, selain menjaga stabilitas moneter, mengatur kelancaran sistem pembayaran, meriset dan memantau informasi yang mengancam stabilitas keuangan, serta sebagai bank sentral yang memiliki jaring pengaman sistem keuangan.

Saya generasi millenial. Saya baru mulai bekerja dan mendapat penghasilan sendiri. Saya ingin berkontribusi untuk negara ini, saya ingin ada hal yang bisa saya lakukan yang akhirnya turut menjaga sistem stabilitas keuangan. Saya paham bahwa saya bisa memulai dari hal-hal kecil yang jika dilakukan secara bersama-sama dapat menjadi pilar-pilar yang menstabilkan keuangan negeri ini.

  1. Menabung di Bank

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun