Mohon tunggu...
Muhammad Diponegoro
Muhammad Diponegoro Mohon Tunggu... Lainnya - Sesekali menulis dan merekam

Perantau

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Circuit Breaker, Usaha Selanjutnya Pemerintah Singapura Meminimalisir Pandemi Covid-19

7 April 2020   09:51 Diperbarui: 10 April 2020   08:22 4441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 3 April 2020, Suasana di Singapura tidak seperti biasanya, menjelang pukul 16:00 waktu Singapura, antrian panjang terlihat di berbagai tempat. Salah satunya toko bahan pokok di dekat tempat tinggal saya. 

Kala itu, saya melihat antrian yang mengular panjang dan wajah orang-orang yang terlihat penuh kekhawatiran. Seakan-akan ada hal besar yang akan menimpa mereka dalam waktu dekat.

Peristiwa yang saya alami ini sebenarnya bukan tanpa alasan. Penyebabnya, Perdana Menteri Lee Hsien Loong, pada jam 16:00 waktu Singapura akan mengumumkan kepada masyarakat, langkah tegas apa yang diambil pemerintahannya, demi mencegah peningkatan infeksi Covid 19.

Pada saat itu, saya turut juga dalam antrian panjang tersebut. Hal ini dikarenakan persediaan beras dan bahan pokok lainnya sudah menipis di rumah. Di sisi lain, saya juga khawatir bahan pokok akan langka di negara ini. 

Jika jawaban dari penanggulangan pandemi Covid 19 adalah Lockdown--yang berarti negara akan menutup perbatasannya dan membatasi ruang gerak masyarakat yang hidup di dalamnya. Berarti berdiri mengantri di sini, merupakan keputusan yang tepat bagi saya saat itu. 

“My fellow Singaporeans, Good Afternoon”. Seketika mata kami yang mengantri penuh dengan rasa cemas, langsung tertuju pada televisi yang berada di dalam toko tersebut. Sapaan yang berwibawa dan penuh optimis itu milik PM Singapura Lee Hsien Loong. Ia tampil sederhana, Menggunakan kemeja merah muda dan dasi sewarna merah darah

Dalam pengantarnya, PM Lee menjelaskan bahwa dalam dua minggu terakhir, masyarakat yang terinfeksi virus corona di Singapura meningkat signifikan.”Pihak rumah sakit setiap harinya menangani lebih dari 50 kasus (orang yang terinfeksi corona). 

Dalam beberapa hari terakhir, kami juga menemukan beberapa kluster (baru) di asrama pekerja asing, dan satu di panti jompo. Ini sangat mengkhawatirkan, mengingat besarnya jumlah orang yang tinggal bersama di asrama dan panti jompo”. Ungkap PM Lee dalam pidatonya.

Memperhatikan peningkatan jumlah kasus tersebut, Lee melanjutkan bahwa langkah-langkah yang lebih ketat akan berfungsi sebagai 'Circuit Breaker'. “Melalui cara ini  akan membantu kita mengurangi risiko penyebaran virus. Dan ini akan membantu kita menurunkan angka (yang terinfeksi) secara bertahap. Circuit Breaker ini akan berlaku selama satu bulan.” Ujar PM Lee pada masyarakat.

Menerapkan ‘Circuit Breaker’

Mengutip data yang dirilis oleh Woldometers, tingkat kematian akibat virus corona di negara Singapura terhitung kecil, hanya mencapai enam jiwa dari total 1375 kasus. Meski demikian, usaha pemerintah Singapura terus berlanjut demi menanggulangi penyebaran virus ini.

Diketahui mulai hari ini, Selasa, 7 April 2020, peraturan baru dengan istilah Circuit Breaker diberlakukan.  Tiga aturan itu adalah:

Pertama, mulai hari ini, seluruh perkantoran di Singapura tidak boleh beroperasi, kecuali layanan penting dan sektor di bidang ekonomi prioritas. Semua pekerja mesti melakukan pekerjaannya dari rumah. "Jika bisnis kalian tidak ada dalam daftar layanan penting, maka kalian harus telecommute 100 persen atau hentikan pekerjaan kalian (di kantor).Tidak ada cara lain selain kedua hal ini.” Tegas Menteri Pembangunan Nasional, Lawrence Wong (5 April).

Kedua, kegiatan belajar dan mengajar di sekolah, kampus,  akan ditutup mulai tanggal 8 April 2020 hingga 4 Mei 2020. Proses pendidikan sepenuhnya akan dialihkan ke rumah. Selama kebijakan ini berlangsung, pihak sekolah atau pun kampus akan memberikan dukungannya melalui instruksi, perangkat digital, dan  juga akses internet kepada siswanya.

“Sepanjang periode ini, siswa kami dapat mengandalkan dukungan dari guru dan personil sekolah lainnya yang akan terus bekerja dari rumah atau dari sekolah. Staf sekolah juga akan terus melakukan kontak rutin dengan mereka dan orang tua mereka, "Ujar Menteri Pendidikan Singapura Ong Ye Kung.

Ketiga, pergerakan masyarakat di Singapura dibatasi oleh pemerintah. Bagi individu yang tinggal di sini, mereka tidak diizinkan untuk membuat kerumunan dan kunjungan ke rumah orang, yang bukan merupakan keluarga.

Selain itu, tempat-tempat berkumpul juga diminta oleh pemerintah untuk segera ditutup. Baik itu  mal, museum, pusat kebugaran, bioskop, outlet karaoke, department store, toko buku, kasino, kebun binatang, pusat sains, perpustakaan umum,tempat beribadah dan tempat-tempat bisnis yang bukan prioritas ekonomi negara Singapura. 

Jika seandainya, pemilik bisnis atau event organizer tetap membandel, mereka bisa didenda 10 ribu dollar Singapura atau mendapatkan hukuman penjara selama 6 bulan.

"Jika kita semua bekerja bersama, kita memiliki kesempatan untuk mengendalikan penyebaran virus dan bersama-sama kita akan dapat melindungi diri kita sendiri dan anggota keluarga kita, dan menyelamatkan hidup” Pungkas Menteri Pembangunan Nasional Lawrence Wong

Anggaran Solidaritas

Demi memuluskan aturan ‘Circuit Breaker’ pemerintah Singapura kembali menyediakan anggaran sebesar 5,1 miliar dollar Singapura. Itu artinya ini kali ketiga pemerintah mengeluarkan anggaran dukungan bantuan dalam waktu kurang dari dua bulan. 

Pada bulan Februari,  pemerintah Singapura mengeluarkan anggaran sebesar 6,4 miliar dollar Singapura dan pada bulan Maret sebesar 48 miliar dollar Singapura untuk anggaran ketahanan.

Anggaran ini dikatakan sebagai anggaran solidaritas, karena bertujuan untuk melindungi perekonomian masyarakat yang terhambat karena kebijakan ‘circuit breaker’.” ‘Circuit Breaker’ ini sangat penting, namun kami sadar bahwa hal ini menyakitkan. Ini akan mengganggu bisnis dan berdampak buruk pada pekerja. Kita harus mengambil rasa sakit jangka pendek, untuk menghindari rasa sakit yang bahkan lebih tajam nanti," Menurut Wakil Perdana Menteri Heng Swee Keat (6 April)

Dari total bantuan tersebut, sebanyak 4 miliar dollar Singapura akan digelontorkan guna memperkuat para pelaku bisnis mempertahankan para karyawannya, dan selebihnya anggaran tersebut akan difungsikan untuk memberikan bantuan tunai sebesar 600 dollar Singapura kepada warga Singapura yang berusia di atas 21 tahun. 

“Secara total, pengeluarannya  akan berjumlah hingga 1,1 miliar dollar Singapura.” Ungkap Heng.

Eksodus Para Pekerja Malaysia

Dengan adanya aturan baru yang berlaku di Singapura pada hari ini, Anggota parlemen Johor Baru Akmal Nasrullah Mohd Nasir mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan perizinan warga Malaysia di Singapura kembali ke Malaysia. 

Dia menjelaskan aturan baru tersebut akan mengakibatkan warga Malaysia yang bekerja dan masih tinggal di Singapura menjadi pengangguran dan tanpa tempat tinggal. 

"Oleh karena itu, saya mendesak pemerintah untuk melihat perlunya mengizinkan warga Malaysia di Singapura untuk kembali ke Malaysia," Tegas Akmal. (3 April)

Sementara itu, sekretaris Democratic Action Party/Parti Tindakan Demokratik Malaysia, Tan Hong Pin, khawatir terhadap langkah yang diambil pemerintah Singapura  akan mempunyai dampak terhadap 10 ribu pekerja yang mencari nafkah di Singapura.

“Apakah pusat karantina di sekitar Johor Baru atau daerah sekitarnya mampu untuk memenuhi permintaan ratusan bahkan ribuan warga Malaysia--yang terkena dampak kebijakan terbaru Singapura-- yang berniat untuk kembali ke Malaysia? apa alternatifnya dan sudahkah pemerintah menyiapkan skenario seperti itu?,”kata Tan (3 April)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun