Karena fondasi yang tidak dibangun dari dalam negeri adalah fondasi yang mudah goyah. Dan tim nasional yang tidak mendapat dukungan struktural dari liga, hanya akan jadi proyek jangka pendek, bukan peradaban sepak bola.
Maka sekarang saatnya, bukan hanya federasi yang bertindak. Klub harus mulai percaya pada pembinaan. Regulasi tidak cukup tanpa pengawasan. Turnamen harus diperbanyak. Dan mafia agen harus disapu bersih. Kalau tidak, kita sedang mengukir prestasi di atas tanah yang runtuh pelan-pelan.
Memang, hasil dari pembinaan tidak bisa dipetik sekarang, tapi sudah seharusnya kita tahu dan paham road map dari PSSI. Tahu dan paham ke mana tim nasional Indonesia dibawa terbang. Atau hanya sekedar tempat mencari panggung dari pihak-pihak terkait? Atau memang benar-benar mencintai tim nasional Indonesia?
Antara Terbang Tinggi dan Terbang SendiriÂ
Garuda mungkin terbang lebih tinggi dari sebelumnya. Tapi ia tak boleh terbang sendirian. Sayap dari liga harus diperkuat, bukan hanya dengan aturan, tapi dengan niat yang jujur, sistem yang adil, dan keberanian untuk mendidik, bukan sekadar membeli. Karena sepak bola, pada akhirnya, bukan soal kemenangan hari ini. Tapi soal siapa yang kita bentuk untuk menang besok.
Kita butuh lebih dari sekadar naturalisasi dan diaspora. Kita butuh cermin, bukan sekadar topeng. Cermin untuk melihat wajah sepak bola kita sebenarnya: penuh potensi tapi belum tertata.
Kita harus jujur melihat bahwa tanpa pembenahan mendasar, semua capaian Timnas hari ini bisa rapuh, dan mudah hilang begitu tekanan datang.
Apa jadinya ketika para diaspora itu tak lagi bisa datang? Apa yang akan tersisa ketika generasi emas ini berlalu? Â Saat euforia sirna dan stadion kembali sepi, hanya satu yang akan menjawab: sistem.
Maka tak ada jalan lain: Liga harus menjadi penyokong, bukan penumpang. Klub harus menjadi sekolah, bukan tempat transit. Sepak bola kita harus menjadi rumah yang utuh, bukan tempat tinggal sementara bagi mimpi-mimpi besar yang tumbuh tanpa akar.
Jika hari ini Garuda sudah mulai mengepakkan sayapnya, maka mari kita pastikan dua hal: bahwa sayap itu tumbuh dari tubuhnya sendiri, dan bahwa langit yang ia tuju, benar-benar milik kita bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI