Mohon tunggu...
Dion Ginanto
Dion Ginanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru, Peneliti, Penulis, dan Pengamat Pendidikan

Dion Ginanto received his undergraduate degree in TESOL (Teaching English as a Second Language) from Jambi University. He was awarded “MAWAPRESNAS” (the best student award by the Ministry of Education and Culture) in 2006. He was also an AIYEP-er 2007/2008 (Australia Indonesia Youth Exchange Program). In 2009, he joined to the short course training of the KAPLAN TKT program in New Zealand. Currently, he is doing his master at Michigan State University (MA, K-12 Educational Administration). He has published his first book entitled: “Jadi Pendidik Kreatif dan Inspiratif: Cara Mengobati 10 Penyakit Profesional. He works at SMA N 1 Batanghari, Jambi, as a teacher. He also teaches at Islamic State University Jambi, and IAIN Batanghari Jambi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Horor: Sumur Tua Sekolah (5)

13 Juni 2020   12:22 Diperbarui: 13 Juni 2020   12:16 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

WC laki-laki sepi, tak ada petunjuk apapun. Hanya terkadang terdengar suara tetesan air dari keran yang udah usang sehingga air sedikit bocor. Bau pesing pun masih bertengger di sana.

Beda dengan WC perempuan, nyaris tidak tercium bau. Bahkan terdapat pewangi di dalam WCnya. Mungkin, para siswa pria beranggapan bau pesing adalah aroma terapi yang tidak tertandingi. Diko hanya tersenyum simpul, melihat dua tabiat yang 100% berbeda antara murid perempuan dan laki-laki dalam memperlakukan Per-WC-an.

Diko melanjutkan perjalanan menuju sumur tua tempat di mana Juno pingsan. Tak seperti biasanya, malam itu hening sekali. Tak ada suara anak-anak muda yang biasanya memacu motor mereka untuk balapan liar. Padahal ketika benar-benar diadakan lomba balap, mereka tak pernah mau ikut serta.

Suara burung hantu pun hanya terdengar samar. Yang ada hanya suara jangkrik yang berlomba memikat daya tarik. Katak pun tak begitu bergairah untuk bernyanyi malam itu.

Namun, tiba-tiba bulu kuduk Diko berdiri. Ada hembusan angin tipis menerpa wajahnya. Diko kaget sedikit saja. Kali ini rasa penasaran ingin menemukan jawaban, mengalahkan rasa takutnya pada keadaan.

Ia juga mendengara suara langkah sepatu di belakangnya. Seperti ada sosok yang mengikuti. Diko arahkan senter ke belakang, namun tidak ada. Hanya koridor yang sedikit terang dengan lampu usang yang terpasang.

"Ah, itu hanya halusinsiku belaka."

Ia melanjutkan langkahnya, saat sampai di kantor guru, tepatnya di tangga ia melihat kelebatan sosok laki-laki berseragam OSIS. Tidak begitu jelas, karena, tiba-tiba lampu senternya mati. Sialnya, PLNpun tiba-tiba ikut mati.

"deg..deg..deg..deg..deg..deg.."

Tiba-tiba dada DIko berdebar. Gelap sekali di sekolah, lampu senter entah mengapa tiba-tiba tak mau berfungsi. Padahal seingat Diko baru satu minggu battery senter diganti baru.

Diko menghibur diri, mencoba memotivasi diri agar tetap berani. Namun, kadang situasi yang gelap di tambah sosok yang tadi ia lihat samar, kini menghilang dalam kegelapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun