Mohon tunggu...
Dinoto Indramayu
Dinoto Indramayu Mohon Tunggu... Administrasi - Belajar, belajar dan belajar....

Setiap saat saya mencoba merangkai kata, beberapa diantaranya dihimpun di : www.segudang-cerita-tua.blogspot.com Sekarang, saya ingin mencoba merambah ke ranah yang lebih luas bersamamu, Kompasiana....

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Keong Racun (3)

23 September 2010   09:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:02 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Racun yang Sesungguhnya

Keong, keraca, keong emas atau bahkan keong racun sesungguhnya merupakan sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan masyarakat.Sebagian merasa jijik, itulah sebenarnya perlunya kreativitas untuk mengemas sesuatu yang menjijikkan menjadi makanan yang menjanjikan.

Ketergantungan pada resep alami yang diwariskan nenek moyang ini kemungkinan menyebabkan kepopuleran keong-keongan seperti jalan di tempat.Dimanfaatkan sebagai makanan enak sumber protein di wilayah tertentu, sementara masyarakat wilayah lainnya merasa jijik.

Ketidakmampuan mengemas berbagai keong-keongan ini pun terjadi dalam memproses saudara mereka, kerang.Kerang, remis, kerang hijau dan kerang-krengan yang lain dijadikan makanan sejenis itu-itu juga.

Kalau ada perbedaan sedikit cuma dalam hal distribusi.Pemungut kerang hijau di perairan Jakarta mendidtribusikan ratusan atau bahkan ribuan karung kerang hijau ke wilayah sekitarnya.Kerang Inul pun jadi jajanan popular di pedesaan, mengalahkan keong yang harus dipungut cape-cape di sawah.

Tukang asong bergerobak menjajakan makanan hangat bergizi dengan harga murah-meriah.Makanan segar, panas langsung dari wajan dan masih bercangkang.Seribu perak sudah cukup mengenyangkan, sebagai camilan atau teman makan nasi.Sebuah solusi mengatasi kekurangan gizi yang sangat mudah, murah dan praktis.

Selain itu, para ibu di pasar pun menjual kerang-kerang yang sudah dipisahkan.Segar, warnanya menantang setiap mata yang melihat.

“Beli kerang!Beli kerang!”Kalau melihat itu semua, anak kami 4 tahun merengek.

Kadang-kadang kami membeli kerang yang masih bercangkang.Kerang laut, bukan remis.Rasanya enak sebagaimana kerang yang lain.Tetapi jika dihitung-hitung, antara yang termakan dan berat cangkangnya bisa satu banding sepuluh.Membeli kerang segar berarti membeli sampah, cangkang yang tak termakan.

Kerang hijau?Memang jauh lebih praktis, selain ukuran dagingnya yang lebih besar, cangkangnya yang panjang pun relative tipis.Tetapi, sungguh memprihatinkan melihat barang dagangan pengasong Kerang Inul.Selain rasanya yang berbeda juga warnanya sudah tidak alami lagi.Warna pias, pucat alami dianggap tidak bisa menjualsehingga harus dirubah wrananya dengan bahan tertentu agar lebih bisa menjual diri.

Demi sebuah kenangan masa lalu terhadap nikmatnya keraca dan kawan-kawannya, juga enaknya keripik keong racun yang tak lagi beracun serta praktisnya usaha pemenuhan giizi bagi anak, kami membeli kerang dari seorang penjaja di pasar.Segar, kenyal dan warnanya memikat.

Sebuah pemikiran yang logis, kalau keong racun alias bekicot saja yang beracun bisa menjadi makanan sumber protein yang lezat, apalagi kerang, yang tak menyandang nama racun.Pastinya lebih lezat dan nikmat serta bermanfaat.

Kerang rebus pun tersedia, anak kami yang merengek pun terpenuhi keinginannya.Tetapi, mengapa sulit betul menyuruhnya untuk menyantap makanan sehat itu.Lagi-lagi harus dikeluarkan, muntah.Tetapi makan tetap diteruskan.

Di sisi lain, kami pun punya peliharaan.Lele dumbo, hewan yang dikenal pemakan segala macam karena rakusnya.Bahkan termasuk hewan kanibal yang bisa memakan sesame jenisnya.Kerang, tentu akan menjadi santapan lezatnya.

“Crop!”Suaranya menyantap lezat dua kerang yang aku ulurkan sekaligus.

Sungguh aneh, diluar kebiasaan.Lele dumbo yang belum diberi makan sejak sore itu segera menyemburkan kerang keluar.Tidak disentuhnya lagi sama sekali.

Saat itu juga kami hentikan suapan kepada anak.Racun !Makanan sumber protein alami itu telah berubah menjadi racun.Indikator termudahnya adalah lele dumbo yang rakus dan lapar saja tidak mau memakannya.

Kerang mentah di freezer kurenggut, diamati, sungguh daging segar itu benar-benar segar dan sangat menarik bentuk fisiknya.Tetapi ternyata keindahan hanya kamuflase dari racun yang menumpuk.Tidak ayal, hanya tempat sampahlah tempat yang layak baginya.

Sisa masakan kerang pun kuamati, bila diingat, tanpa sedikit kunyit pun dimasak tetapi ada warna kuning di kuahnya.Tempat sampah pula tempat terbaik bagi makanan sejenis itu.

Sungguh mengejutkan, ketika mangkuk tempat kerang itu dicuci, sangat sulit menghilangkan warna kuning yang menempel. Ternyata makanan segara sumber protein alami itu adalah racun yang sesungguhnya.

Maafkan anak kami tercinta, kami telah memberimu racun !!!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun