Arif hanyalah seorang anak kecil yang belum genap 5 tahun umurya. Â Tetapi sepanjang kehidupannya sama sekali tidak pernah merasakan indahnya piknik sekeluarga sebagaimana teman-temannya ceritakan setiap hari Senin.
Tidak pernah sekalipun anak kecil itu melihat ayahnya libur. Â Setiap hari bekerja. Â Kerja dan kerja. Â Senin sampai Jum'at tidak berhenti mencari uang. Â Sabtu dan Minggu lebih pagi lagi jam berangkatnya, pulang pun tidak pernah diketahui kedatangganya. Â Arif sudah pulas ketika ayahnya tiba di rumah.
Suatu hari, dia menguping percakapan kedua orangtuanya.
"Lumayan ada kenaikan lagi nich Bu. Â Uang lembur naik lagi."
"Alhamdulillah, Pak. Â Sekarang jadi berapa?"
"Seratus lima puluh ribu sehari."
Dalam keriangan tak terkira, keduanya pun tertidur pulas. Â Seperti biasa, sebelum adzan Subuh, sang ayah harus berkemas memepersiapkan diri pergi kerja lembur.
Di tengah malam, keduanya dikejutkan oleh suara benda pecah. Â Tetapi segera terdiam karena kamar anaknya senyap kembali. Â Merekapun melanjutkan tidurnya.
Tidak berapa lama, Arif datang menghampiri mereka berdua. Â Mata kecilnya berkaca-kaca, air mata berderai di pipinya.
"Kenapa sayang?" Â Tanya ibunya, sambil memeluk erat anaknya.
"Bapak...?" Â Suaranya sesenggukan.