Mohon tunggu...
Dinda Annisa
Dinda Annisa Mohon Tunggu... Freelancer - Penterjemah Lepas

Based in Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Nature

CSEAS akan Gelar 'Talk Show' tentang Ekonomi Sirkular Plastik di Bali

25 Agustus 2022   19:50 Diperbarui: 25 Agustus 2022   20:08 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Dinda Annisa

Setiap tahun, lebih dari 8 juta ton plastik memasuki lautan di seluruh dunia, termasuk laut di Indonesia. Polusi ini sangat merugikan keanekaragaman hayati, menyebarkan penyakit dan racun di seluruh rantai makanan.

Sampah laut dapat membawa dampak berbahaya tidak hanya bagi makhluk laut tetapi juga manusia.

Dalam upaya penanggulangan sampah laut, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan umum berupa Perpres No. 83/2009.

Kita sering mendengar tentang ekonomi sirkular. Apa itu ekonomi sirkular?

Ekonomi sirkular adalah sebuah model produksi dan konsumsi, yang meliputi berbagi, menyewakan, menggunakan kembali, memperbaiki, memperbarui dan mendaur ulang bahan serta produk yang ada selama mungkin. Ekonomi ini memiliki tiga prinsip utama, yaitu menghilangkan limbah dan polusi, produk dan bahan yang beredar, serta regenerasi alam.

Ekonomi sirkular adalah kerangka solusi sistem yang menangani tantangan global seperti perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, limbah dan polusi.

Daur ulang plastik adalah langkah penting menuju ekonomi sirkular, tetapi untuk mencapai sirkularitas diperlukan tindakan di setiap titik dalam masa pakai suatu produk: mulai dari desain hingga pengelolaan limbah.

Tahun ini, Indonesia menjadi presiden G20. Tetapi kita harus ingat bahwa negara-negara G20, yang merupakan ekonomi terbesar dunia, menyumbang sekitar 75 persen penggunaan material global dan 80 persen emisi gas rumah kaca global.

Pada tahun 2017, negara-negara G20 mengadopsi "Rencana Aksi G20 tentang Sampah Laut" di KTT Hamburg. Setelah dua tahun, G20 mengadopsi "Osaka Blue Ocean Vision", yang bertujuan untuk mengurangi polusi tambahan oleh sampah plastik laut menjadi nol pada tahun 2050 melalui pendekatan siklus hidup yang komprehensif.

Pada tahun 2018, Uni Eropa (UE), telah menetapkan target yang berani untuk kuota daur ulang plastik dan persyaratan konten daur ulang sebagai bagian dari strategi plastiknya.

Botol plastik dan sampah dari sebuah sungai hendak memasuki laut. | Sumber:  UN Photo Martine Perret
Botol plastik dan sampah dari sebuah sungai hendak memasuki laut. | Sumber:  UN Photo Martine Perret

Dalam upaya untuk lebih fokus pada ekonomi sirkular plastik guna mencegah sampah laut, Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) yang berbasis di Jakarta akan menyelenggarakan talk show bertajuk "Ekonomi Sirkular Plastik untuk Mencegah Sampah Laut" di Courtyard by Marriott Hotel di Bali pada hari Jumat (26 Agustus) dari pukul 14:00 hingga 16:30 (waktu Bali).

CSEAS akan menyelenggarakan talk show ini dengan bekerja sama dengan Uni Eropa, German Cooperation Deutsche Zusammenarbeit yang dilaksanakan oleh badan pembangunan Deutsche Gesellschaft fr Internationale Zusammenarbeit GmbH atau GIZ, Expertise France dan Rethinking Plastics: Circular Economy Solutions to Marine Litter.

Ini akan menjadi pra-acara KTT G20 dan pertemuan terkait, yang akan diadakan akhir tahun ini di Bali.

Tujuan utama dari talk show ini adalah untuk mempelajari kebijakan dan pendekatan UE beserta Indonesia dalam memajukan ekonomi sirkular plastik untuk mengatasi sampah laut, menunjukkan upaya Indonesia dan beberapa kotanya dalam menangani sampah plastik laut dan mempromosikan penerapan ekonomi sirkular di Indonesia.

Talk show yang akan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan baik secara tatap muka maupun virtual ini akan menghadirkan enam pembicara terkemuka.

Para pembicara tersebut adalah Alvaro Zurita, ketua tim proyek UE-Jerman tentang Rethinking Plastics: Circular Economy Solutions to Marine Litter, Rofi Alhanif, Asisten Deputi Pengelolaan Sampah dari Kantor Menko Maritim dan Investasi, Ujang solihin Sidik, pejabat senior Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Raldi Hendro Koestoer, seorang profesor di Sekolah Lingkungan Universitas Indonesia, Arisman, direktur eksekutif CSEAS dan Roger Spranz, salah satu pendiri dari Making Oceans Plastic Free.

Kita dapat menonton talk show tersebut secara langsung melalui saluran CSEAS TV di YouTube.

Penulis adalah seorang jurnalis lepas yang berbasis di Bekasi, Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun