Mohon tunggu...
Dina Hariani Silalahi
Dina Hariani Silalahi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Student

Whatever you are, be a good one!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengenal Diet Plant Based sebagai Sebuah Subkultur

22 Maret 2021   14:47 Diperbarui: 22 Maret 2021   15:24 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: halodoc.com

Melekatnya Budaya dalam Kehidupan

Manusia dalam kehidupannya tidak lepas dari kebudayaan, sebab kebudayaan tersebut merupakan sarana manusia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Menurut Rosana (2017), kebudayaan diartikan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa manusia atau masyarakat. Dalam hal ini, tidak ada satu pun masyarakat yang masih hidup dengan tidak memiliki kebudayaan. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa kebudayaan akan selalu berubah sesuai dengan perubahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, walaupun masyarakat tersebut tidak menyadari perubahan atas kebudayaan yang mereka miliki. Faktor yang menyebabkan perubahan tersebut pun disebabkan oleh hal-hal yang berasal dari masyarakat dan kebudayaan itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap kebudayaan akan selalu mengalami perubahan sesuai dengan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat yang menjadi wadah dari kebudayaan tersebut. Mengapa demikian? Sebab, kebudayaan dan masyarakat akan saling berhubungan dimana masyarakatlah yang menghasilkan kebudayaan dan kebudayaanlah yang menentukan corak masyarakatnya. Dengan demikian, segala aktivitas yang manusia lakukan tidak pernah terpisahkan dan akan selalu melekat pada nilai-nilai budaya yang dianut.

Apa itu Budaya Populer

Menurut definisi pertama dari Storey (2015, h. 5), budaya populer merupakan budaya yang disukai oleh banyak orang secara luas. Dengan kata lain, budaya populer mengarahkan kita kepada beberapa kriteria dimana budaya tersebut diketahui oleh banyak orang, disukai oleh banyak orang, dan tentunya dapat memengaruhi masyarakat secara luas untuk kemudian dijadikan sebagai budaya yang dominan bagi kehidupan sebagian masyarakat saat ini. Adapun lima karakterisitik pada budaya populer yaitu tren, keseragaman, adaptabilitas, durabilitas, dan profitabilitas.

Berdasarkan penjelasan tersebut, salah satu contoh budaya populer dalam kehidupan masyarakat saat ini adalah kegemaran mereka dalam bidang kuliner akan hal-hal yang instan atau biasa kita sebut dengan makanan cepat saji. Menjamurnya budaya oleh negara-negara maju seperti Eropa Barat dan Amerika Serikat telah membuat banyak masyarakat Indonesia yang akhirnya ikut menyukai makanan cepat saji. Dengan berbagai alasan, disadari atau tidak disadari, variannya yang beragam serta penyajiannya yang cepat membuat masyarakat yang memiliki jadwal padat tidak perlu membuang-buang waktu mereka dan masih dapat melakukan pekerjaan yang lain. Namun, hal tersebut justru menjadi sebuah kebiasaan, bahkan telah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakat yang tempo hidupnya kini semakin cepat. Dampak dari westernisasi yang merupakan salah satu ciri dari globalisasi menjadikan gaya hidup masyarakat saat ini berubah menjadi gaya hidup yang kebarat-baratan.

Melihat hal tersebut, perkembangan teknologi dan informasi yang pesat seperti media yang kita gunakan saat ini dapat ikut membantu penyebaran budaya populer di tengah-tengah masyarakat. Seiring dengan pergerakan informasi yang dapat meresap dengan mudah, informasi tersebut dapat dengan aktif mentransfer budaya-budaya dari seluruh penjuru dunia untuk mampir ke tempat-tempat yang diinginkan dalam wujud nilai, budaya, hingga gaya hidup. Dengan demikian, tidak dapat dihindari, hadirnya budaya yang bertentangan seperti subkultur akan menjadi salah satu gerakan yang dapat bergerak di tengah-tengah masyarakat dengan kebudayaan dominannya.

Diet Plant Based sebagai Sebuah Subkultur

Sebelum membahas lebih jauh, apa itu Subkultur? Subkultur dapat dikatakan sebagai suatu identitas yang berlawanan dan bertentangan dari budaya dominannya. Namun, secara konseptual subkultur adalah sebuah gerakan, kelakuan, tindakan, atau bagian dari kultur yang besar. Dengan kata lain, subkultur menjadi sebuah gerakan yang dilakukan sebagai bentuk perlawanan dari kultur induknya tersebut. Bisa dalam bentuk perlawanan apa saja sehingga bisa diartikan sebagai "budaya yang meyimpang". Oleh sebab itu, tidak dapat dipungkiri bahwa subkultur akan selalu berada di tengah-tengah masyarakat dengan kebudayaan dominannya.  

Berdasarkan hal tersebut, diet plant-based menjadi salah satu cara makan di mana seseorang hanya mengonsumsi sumber nabati atau tumbuhan. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa pengertian terkait istilah diet plant-based ini. Ada yang mengartikan bahwa diet ini sebagai pola makan yang berpusat pada asupan yang bersumber dari nabati, tanpa menghilangkan konsumsi makanan yang bersumber dari hewani. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa secara eksklusif hanya mengonsumsi makanan yang hanya bersumber dari nabati dan benar-benar menghilangkan makanan yang bersumber dari hewani. Dengan melakukan diet plant-based ini, maka akan banyak sekali manfaat yang dapat kita peroleh seperti mengontrol dan menurunkan berat badan.

Masyarakat atau sekelompok orang yang melakukan diet plant-based ini menganggap bahwa seringnya mengonsumsi makanan cepat saji dapat meningkatkan asupan lemak, karbohidrat, serta gula yang dapat menyebabkan risiko obesitas. Dalam hal ini, lemak yang bertumpuk dalam tubuh bisa menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan serangan jantung. Oleh sebab itu, kebiasaan yang dimiliki oleh masyarakat yang melakukan dan menerapkan diet plant-based tentu memiliki banyak perbedaan dengan masyarakat yang cenderung lebih menyukai makanan cepat saji.

Lantas, Bagaimana Keterkaitannya dengan Politik Identitas?

Beberapa pendapat mengemukakan bahwa politik identitas juga dapat dimaknai sebagai politik perbedaan. Artinya, melalui politik identitas, terdapat upaya-upaya untuk memberikan garis perbedaan antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. Seperti halnya dengan masyarakat yang senang mengonsumsi makanan cepat saji. Mereka membentuk suatu identitas terkait tren budaya yang sedang populer saat ini di mana gaya hidup masyarakat saat ini berubah menjadi gaya hidup yang kebarat-baratan.

Berbeda halnya dengan masyarakat yang menerapkan gaya hidup dengan melakukan diet plant-based. Mereka sangat memperhatikan menu makanan yang mereka konsumsi dan tidak menyukai dampak yang ditimbukan dari keseringan mengonsumsi makanan cepat saji. Berdasarkan kedua hal tersebut, ini memperlihatkan kepada kita bahwa adanya politik identitas membuka jalan bagi kita yang memiliki perbedaan dari budaya dominan untuk dapat terbiasa berada di tengah perbedaan yang ada. Tidak hanya itu, hadirnya politik identitas dapat membantu kita untuk membangun kesadaran akan adanya identitas di dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun