Mohon tunggu...
Asyfa Thalita
Asyfa Thalita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Asyfa Thalita merupakan seorang mahasiswa S1 yang berkecimpung di bidang biologi, diluar bidang saya, saya tertarik di bidang lain seperti pelestarian lingkungan, kesastraan, dll. Masa kuliah merupakan masanya untuk bereksplorasi, oleh karena itu dengan menjadi jurnalis saya berharap bisa mengeksplorasi hal-hal lain yang belum pernah saya dalami.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mengenal "Eco-Label" sebagai Trend Fashion Lebaran 2024

24 Maret 2024   20:21 Diperbarui: 24 Maret 2024   20:45 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sc : Design Entertainment via Pinterest

"Udah pada beli baju lebaran belum nih?" Pertanyaan semacam ini sering terdengar di kalangan masyarakat menjelang hari raya Idul Fitri. 

Suasana Ramadhan selalu diwarnai dengan kesibukan berburu baju baru untuk menyambut hari kemenangan. Namun, dalam tenggang waktu yang terbatas ini, penting bagi kita untuk mempertimbangkan tidak hanya penampilan yang menarik tetapi juga dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Inilah di mana peran ekolabel dalam industri fashion menjadi penting. 

Ekolabel adalah label yang menunjukkan bahwa suatu produk telah memenuhi standar tertentu dalam hal keberlanjutan lingkungan, hak pekerja, dan kondisi produksi yang adil. 

Di bidang fashion, ekolabel memberikan jaminan bahwa baju yang kita beli diproduksi dengan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial yang lebih baik. 

Dengan memilih baju yang memiliki ekolabel, kita tidak hanya mempercantik penampilan kita tetapi juga turut berkontribusi dalam memelihara lingkungan serta mendukung praktik produksi yang berkelanjutan dan adil. Sehingga, ketika kita menemukan busana yang sesuai dengan selera dan budaya kita, tidak ada salahnya untuk memilih yang ber-ekolabel demi kebaikan bersama.

Sc : outofservice.it via Pinterest
Sc : outofservice.it via Pinterest

Fast fashion saat ini masih mendominasi pasar fashion. Orang-orang cenderung membeli pakaian karena dorongan mode terbaru atau harga yang terjangkau. 

Hal ini menyebabkan siklus konsumsi yang cepat dan berulang, yakni pakaian hanya digunakan beberapa kali sebelum akhirnya dibuang. Dampaknya, produksi fast fashion menghasilkan emisi karbon yang tinggi, dan limbah tekstil yang besar pula. 

Tumpukan sampah pakaian menjadi masalah serius karena bahan yang digunakan sering kali tidak ramah lingkungan seperti pewarna sintetis, atau mengandung serat plastik seperti polyester yang membuat sampah pakaian sulit diurai. 

Menurut informasi KLHK tahun 2021, di Indonesia terdapat 2.3 juta ton limbah tekstil yang dihasilkan, dan hanya sebesar 0.3 juta ton yang dapat diurai.

Sc : popbela.com via Pinterest
Sc : popbela.com via Pinterest

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun