Mohon tunggu...
Dina Fahimah
Dina Fahimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - perempuan

mahasiswa unj

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Tren Bersepeda di Masa Pandemi Covid-19 Pada Tahun 2020 di Indonesia"

4 Juli 2021   22:15 Diperbarui: 4 Juli 2021   22:22 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pendahuluan

Pada Januari 2020, ditemukan jenis virus Corona baru yang gejalanya seperti Pneumonia yang ditemukan pada pasien di Wuhan, Cina. Nama virus ini sempat dinamakan 2019-nCov (2019-Novel Corona Virus) oleh WHO, yang kemudian pada tanggal 11 Februari 2020, WHO resmi menamakan jenis virus Corona ini yaitu COVID-19 (Coronavirus Diseases-19) dan berlaku secara internasional. COVID-19 ini memiliki penyebaran yang sangat cepat. Tercatat, pada 23 Januari 2020, pemerintah dan Lembaga Kesehatan Cina dikonfirmasi bahwa kasus COVID-19 telah menyebar di 32 provinsi, kota, dan wilayah administrasi khusus Cina, termasuk di Hong Kong, Makau, dan Taiwan. Satu minggu setelah semakin banyaknya pasien yang terkena COVID-19 di Cina, akhirnya WHO mendeklarasikan wabah ini sebagai Public Health Emergency of International Concern pada 30 Januari 2020. Wabah ini dengan cepat menyebar ke hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, COVID-19 dikonfirmasi telah ada di negara ini mulai tanggal 2 Maret 2020. Pada 11 Maret 2020, WHO resmi menetapkan bahwa COVID-19 statusnya adalah Pandemi.[1]

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia membuat kebijakan kepada masyarakat untuk berdiam diri di rumah atau stay at home. Bila ada keperluan yang mengharuskan keluar rumah selalu menerapkan 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menajga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas. Hal ini membuat banyak aktivitas masyarakat menjadi terhambat.

Namun tak disangka, wabah Covid-19 ini justru memunculkan tren bersepeda di tengah masyarakat. Kita bisa melihat di jalanan, tidak hanya diisi dengan kendaraan bermotor saja, tapi juga orang-orang yang bersepeda. Toko-toko sepeda juga terkena dampak positif, karena diserbu orang-orang yang tidak ingin melewatkan tren ini. Tren sepeda seperti mengubah gaya hidup. Karena, orang-orang yang sebelum pandemi jarang berolahraga khususnya bersepeda, sekarang mulai turun ke jalan bersama sepedanya. [2]

Pengertian Budaya Populer

Istilah tentang 'populer' Williams (1983) [3] mengemukakan empat arti saat ini: masukan banyak orang, jenis pekerjaan yang lebih rendah, bekerja dengan sengaja untuk memenangkan hati rakyat, budaya sebenarnya dibuat oleh orang-orang untuk diri mereka sendiri. Selain itu, budaya juga diartikan sebagai cara manusia memberikan respons kepada lingkungannya, agar dia bisa survive dan menang.[4]

Menurut Williams ada karakteristik dari pop culture,yaitu: 

  • disukai banyak orang 
  • dibuat untuk menyenangkan hati masyarakat (hiburan) 
  • Identik dengan budaya masyarakat kelas pekerja/ kelas bawah 
  • Prodact budayanya dibuat untuk diri mereka sendiri

Pandangan dalam mendefinisikan budaya populer, yaitu:

  • Budaya populer didefinisikan sebagai budaya yang hanya disukai oleh banyak orang (dimensi kuantitatif)
  • Budaya populer didefinisikan sebagai budaya yang berada diluar high culture (budaya inferior, low culture)
  • Sebagian orang mendefinisikan pop culture sama dengan budaya massa.
  • Budaya populer didefinisikan sebagai budaya yang bersumber dari masyarakat (budaya rakyat)
  • Budaya populer didefinisikan sebagai alat untuk perjuangan untuk melawan hegemoni dari kelompok dominan
  • Budaya populer didefinisikan sebagai budaya postmodernisme (budaya yang tidak lagi mengenal batas antara low culture dan high culture)

 Kurang lebih ada empat ideologi budaya yang ada di Indonesia yaitu budaya agama, budaya lokal, budaya nasional maupun budaya populer.[5] Akan tetapi dalam perkembangannya, keempat macam-macam budaya tersebut adakalanya saling berseberangan, dimana budaya agama yang cenderung berorientasi kepada pasca-duniawi seringkali berseberangan dengan budaya popular yang kebanyakan berorientasi kepada duniawi. Budaya lokal juga sering tergerus identitasnya oleh budaya populer, begitupula budaya nasional.

Tren Bersepeda Menjadi Budaya Populer di Indonesia Selama Pandemi

Dengan berdiam diri saja dirumah membuat kita menjadi lebih cepat bosan, karena selama pandemi ini aktivitas masyarakat menjadi terbatas. Perlu melakukan hal-hal yang baru dan menyenangkan agar kita tidak cepat bosan. Salah satunya adalah bersepeda. Pada tahun 2020 di Indonesia sedang marak-maraknya bersepeda.

Minat bersepeda digandrungi mulai dari kalangan bawah, menengah atas, sampai kalangan atas. Tren bersepeda di masa adaptasi kebiasaan baru ini semakin meningkat sejak aktivitas di luar ruangan mulai dilonggarkan. Terbukti dari banyaknya masyarakat yang bersepeda di sekitar area kompleks perumahan atau ruas jalan raya di saat weekend, ataupun sebagai moda transportasi saat menuju tempat kerja. Tidak hanya jalanan saja yang diserbu oleh para pesepeda. 

Tren sepeda ini juga merambah ke media sosial. Kita bisa melihat banyak orang berlomba-lomba untuk menunjukkan aktivitas bersepedanya di akun media sosial masing-masing. Tetapi tidak semua masyarakat hanya sekedar untuk mengikuti tren saja, ada juga masyarakat yang sudah sedari dulu bersepeda sebagai hobi atau gaya hidup sehatnya.

Penutup

Kesimpulan bahwa budaya populer dapat diartikan sebagai sesuatu yang sudah berkembang kemudian menjadi kebiasaan dan disukai oleh banyak orang. Ada beberapa macam bentuk-bentuk budaya populer seperti film, televisi, music, gaya hidup, tarian, iklan, dan produk kebudayaan lainnya. Dalam budaya populer terdapat dampak positif dan negative. Semua itu kembali kepada kita bagaimana cara kita menyikapinya.

Kemudian sarannya kita lebih bijak lagi dan memahami tentang makna budaya populer di era modernitas saat ini. Agar kita tidak terjebak dalam duni hedonistik ataupun konsumtif.

[1]"WHO Director-General's opening remarks at the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020". www.who.int (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 1 Juli 2021 pukul 20.00 WIB.

[2] Merdeka.com, "Tren Bersepeda di tengah Pandemi, Bukan Sekedar Hobi yang Mampu Turunkan Berat Badan" https://www.merdeka.com/jabar/tren-di-tengah-pandemi-fokus-bersepeda-sampai-bisa-turunkan-berat-badan-kln.html  . Diakses tanggal 1 Juli 2021 pukul 21.43 WIB.

[3] John Storey, CULTURAL THEORY AND POPULAR CULTURE AN INTRODUCTION. University of Sunderland, p. 5.

[4] Djokosantoso Moeljono, Budaya Organisasi dalam Tantangan, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), hlm. 71.

[5] Aprinus Salam, Kebudayaan Sebagai Tersangka, Hlm. 86.

DAFTAR PUSTAKA

John Storey. CULTURAL THEORY AND POPULAR CULTURE AN INTRODUCTION. University of Sunderland, p. 5.

Merdeka.com. "Tren Bersepeda di tengah Pandemi, Bukan Sekedar Hobi yang Mampu Turunkan Berat Badan" Diakses tanggal 1 Juli 2021, dari  https://www.merdeka.com/jabar/tren-di-tengah-pandemi-fokus-bersepeda-sampai-bisa-turunkan-berat-badan-kln.html  

Djokosantoso Moeljono, Budaya Organisasi dalam Tantangan, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), hlm. 71.

Aprinus Salam, Kebudayaan Sebagai Tersangka, Hlm. 86.

WHO. (2020, Maret 11). WHO Director-General's opening remarks at the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020. Retrieved from who.int: https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19---11-march-2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun