Perjalanan singkat ini, memang saya fokuskan untuk kebutuhan fotografi. Tetapi, betapa bahagianya saya bisa berbaur dengan penduduk dan pedagang lokal. Yang mengajak main asyik-asyik, yang menyapa dan mengajak ngobrol pun ramah-ramah. Tak pernah bosan rasanya kembali ke Kota Tua.
Kota Lumpia, Semarang
Menuju Semarang, saya membaca sekilas tentang Semarang halaman 25: "Keistimewaan Semarang adalah kotanya terbagi dua bagian: (1) KOTA BAWAH yang berhawa panas, meliputi pelabuhan sampai perbatasan bukit disebelah selatan. (2) KOTA ATAS terkenal dengan nama Candi Lama dan Candi Baru terletak di daerah yang berbukit sehingga hawanya sejuk."
Sesuai rekomendasi buku, saya melipir sejenak ke Bandungan. Dalam buku: "Pemandangan alamnya indah terutama di sekitar 'Rawa Pening' di mana kemegahan gunung mempesonakan pemandangan kita. Banyak terdapat bungalow-bungalow dan rumah peristirahatan yang cukup menyenangkan."
Betul saja, kemegahan Gunung Ungaran mempesona mata! Dibawahnya terlihat rumah-rumah penduduk dan sawah. Niatnya hanya lewat dan ngadem sebentar, tapi orang kota dikasih lihat gunung langsung ijo matanya! Betah berlama-lama, sampai memakan waktu entah.
Lain hari, saya mampir ibadah ke Masjid Agung Jawa Tengah. Baru pertama kali, melongo lihat desain arsitekturnya. Bukan hanya megah, tapi juga unik. Begitu mencari tahu, rupanya ada peganggabungan 3 unsur yang menjadi keistimewaan dari arsitekturnya: yakni Islam, arsitektur romawi, dan budaya Jawa.
Begitu masuk ke dalam Masjid, luasnya luar biasa. Sedang ada ceramah, juga proses perekaman.
Habis? belum. Saya diajak menghabisi senja di sebuah cafe yang harus menanjak dulu jalannya. Yap, lokasinya berada di atas bukit. Waktu matahari pamit, kerlap-kerlip kota semarang terlihat! Ciamik! Sayang saya lupa nama cafenya. Maafkan.