Mohon tunggu...
Dina Amalia (Kaka D)
Dina Amalia (Kaka D) Mohon Tunggu... Penulis, Bouquiniste

~ Best In Opinion Kompasiana Awards 2024 ~ Hidup dalam edisi khusus bekas + bekas | Kebanyakan buku, sesekali mlaku-mlaku | dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sehari Mengekori Ibu: Cek Kesehatan Gratis dan Lekohnya Sepiring Gado-gado

13 Agustus 2025   09:48 Diperbarui: 13 Agustus 2025   19:42 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dokumentasi Pribadi / Dina Amalia (Suasana antrian di Puskesmas Kebayoran Baru)

Penulis: Dina Amalia (Kaka D)

Pekan lalu, ibu sudah tag/mesan aktivitas saya di hari senin, 11 agustus untuk mengantarnya cek kesehatan. Ibu hanya mau, pokoknya, sama anak perempuan satu-satunya.

Teringat semasa kecil, kala ibu mau mengajak pergi anak-anaknya 'pasti' memberi iming-iming / bujukan supaya semangat, seperti "nanti kita beli jajan, ya".

Begitu pun kini, kebiasaan itu masih melekat digunakan ibu, "nanti selesai check-up kita makan gado-gado, ya. Ada juga mie ayam, atau bubur dan gorengan. Sampingnya juga ada minuman, tinggal pilih. Nanti kita makan di sana, ya," rayu ibu yang penuh semangat.

Sepanjang hari setelah ibu mengajak, saya pun jadi senyum-senyum terus, pikir saya 'padahal sejak kecil, kalau mau kemana-mana pasti ibu selalu nemenin, bahkan tanpa diminta dan merengek. Tapi, sudah dewasa begini, kenapa (kalau mau menemani ibu) harus diminta dari jauh-jauh hari dulu, ya?'.

Tentu, ibu orang yang pengertian apalagi soal kegiatan anak-anaknya, dan permintaan ini menjadi hal yang sederhana saja. Tapi, entah kenapa yang terlihat sederhana itu justru membuat hati mengeluarkan rasa malu -- belum bisa menjadi pengertian selayak dirinya.

Tensi, Nyeri, dan Kolesterol

Puskesmas Kebayoran Baru, menjadi tujuan saya dan ibu pagi itu. Seperti pagi umumnya, kawasan JakSel selalu ramai, bisa dibilang padat-merayap pengendara yang hendak berangkat kerja.

Kami sampai pukul 7.30, pikir saya masih pagi banget, lho. Tapi, rupanya itu jam kesiangan bagi ibu-ibu, "yah dapet nomer antrian 27, datengnya udah siang sih," gumam ibu.

Sumber foto: Dokumentasi Pribadi / Dina Amalia (Suasana antrian di Puskesmas Kebayoran Baru)
Sumber foto: Dokumentasi Pribadi / Dina Amalia (Suasana antrian di Puskesmas Kebayoran Baru)

Tak menunggu lama, giliran ibu masuk ke dalam. Rupanya tak langsung diperiksa, melainkan taruh nomor antrian dan mengantri lagi di nurse station, "taruh dulu ya, bu. Nanti dipanggil," kata perawat yang bertugas. Lalu, saya ngapain? Celingak-celinguk saja nungguin -- alhamdulillah diizinin.

Sebelum itu, ibu sudah verifikasi data lengkap; daftar akun satu sehat, verifikasi identitas / skrining. Tenangnya, semua dibantu oleh petugas sampai beres, sangat ramah pula.

Begitu nama ibu dipanggil suster, langsung cek berat badan dan tensi, "seratus tiga puluh delapan tensinya. Cukup tinggi ya bu," kata suster. Rupanya, itu hanya cek permulaan, selang beberapa menit ibu diarahkan masuk ke ruang dokter.

Di ruang dokter, ada rekam medis ibu yang langsung dibuka. Masalah kesehatan yang utama diperhatikan dokter kepada ibu, ialah tekanan darah. Ibu tidak memiliki riwayat darah tinggi ataupun keturunan, tetapi ketika check-up selalu turun-naik.

Lantas, ibu bertanya, "kalau bukan karena riwayat darah tinggi atau keturunan, apa penyebab utama tensi bisa naik?" tentu, dokter tidak langsung menjawab, melainkan bertanya kembali mengenai rutinitas / kebiasaan yang ibu lakukan, salah satunya adalah jam tidur.

Ya, benar saja, dari sisi makanan aman semua, tapi jam tidur ibu berantakan atau tidak teratur, dokter meyakinkan itu menjadi penyebab tekanan darah bisa naik. Lalu, anjuran yang diberikan dokter ialah tidur yang cukup dan teratur, dan tetap diberikan obat tensi untuk beberapa waktu ke depan.

***

Rupanya tak selesai cepat begitu saja. Ada pengecekan lainnya, seperti gula darah dan kolesterol. Semuanya dicek setelah menjalankan puasa sejak pukul 21.00. Begitu hasil tes darah keluar, normal.

Biasanya, PR ibu ada dua, yakni menurunkan tensi dan kadar kolesterol. Melihat hasil tes, kolesterol kembali normal. Jadi, PR-nya tinggal satu saja, yaitu tensi.

Kalau gula darah? Gula darah ibu justru selalu rendah, tetapi masih dalam batas normal. Meski begitu, rupanya menjadi PR juga, sebab dokter bilang 'gula darah yang terlalu rendah juga tidak boleh dan bisa berbahaya', jadi PR-nya harus dinaikkan sedikit / stabil -- tetap dalam angka normal.

Sudah selesai?

Belum! Panjang pula pemeriksaannya, pikir saya. Dokter detail sekali dan bertanya, "ada keluhan apa saja, bu?" Lalu, ibu menjawab; nyeri pada tangan kanan yang tak kunjung reda.

Selesai dijelaskan segala anjuran. Saya dan ibu bergegas ke ruang obat, ada dua macam yang diberikan, yakni obat tensi 5mg dan suplemen kalsium 500mg.

***

Terlepas dari adanya cek kesehatan gratis (seperti hari ulang tahun), ibu selalu semangat check-up setiap bulan dan rupanya gratis juga dengan memanfaatkan kartu BPJS.

Kata ibu, selain masalah kesehatan jadi terpantau dan terdeteksi, pelayanan puskesmas membuat ibu nyaman -- tidak dibeda-bedakan / sejajar dan selalu dilayani dengan ramah apalagi kepada orang tua yang belum mengerti langkah-langkahnya sejak awal pendaftaran.

Sepiring Gado-Gado Kesukaan Ibu

Masih mengekori ibu sekaligus menagih bujuk-rayunya, selesai cek kesehatan kami melipir sedikit ke belakang puskesmas yang masih dalam kawasan melawai.

Berjalan sekitar 350 meter, tepatnya dalam sebuah komplek perumahan, berjajar penjual makanan. Seperti yang ibu bilang, ada gado-gado, bubur ayam, siomay, gorengan, mie ayam, dan minuman.

Saya dan ibu pesan gado-gado + nasi. Piring berlapis daun pisang tertata nasi yang dilumeri toping gado-gado berisi rebusan kangkung, bayam, labu siam, toge, kol, jagung, goreng tempe dan tahu, dan primadona yang baru saya temui dalam gado-gado ialah pare.

Entah, biasanya kalau makan gado-gado tidak pernah bertemu pare, tapi kali ini ada pare. Lanjut, toping ditutup dengan bawang goreng dan kerupuk.

Sumber foto: Dokumentasi Pribadi / Dina Amalia (Sepiring gado-gado dengan isian lengkap)
Sumber foto: Dokumentasi Pribadi / Dina Amalia (Sepiring gado-gado dengan isian lengkap)

Kagetnya ketika baru mencicipi, rasanya enak banget! Sayuran (isi) gado-gado memang sama dengan tempat lain, tapi yang membedakan dari segi rasa ialah bumbu kacangnya.

Bumbu kacangnya kental dengan perpaduan rasa manis gula merah dan gurih yang pas. Saya pesan level pedas sedang, dan benar saja tingkat pedasnya semakin memperkokoh cita rasa -- tidak kepedesan, nyaman dinikmati.

Kalau orang sini bilangnya, "bumbunya lekoh banget," dari sekian banyak gado-gado yang saya coba, bisa dikatakan ini gado-gado terenak yang pernah saya makan. Lekoh!

Sepiring kenyang, hanya merogoh kocek Rp15.000 saja. Isian gado-gado lengkap, seporsi nasi, plus kerupuk.

Nyamannya lagi, penyajian gado-gado di sini higienis! Entah, mata ini selalu memperhatikan cara si penjual dalam menyajikan makanan, dari mulai membersihkan daun pisang, ngulek bumbu dan menata sayuran, sampai seporsi gado-gado terhidang.

Ibu pun sepakat soal rasa dan kebersihannya. Ternyata, tempat ini sudah menjadi favorit ibu, yang selalu dikunjungi setiap check-up kesehatan. Sebelumnya, hanya menikmati dari cerita ibu saja, tapi kali ini saya berhasil merasakannya!

Tentu, karena nagih! Lain kesempatan saya akan kembali ke sini, sekalian mencicipi menu lainnya yang belum sempat saya coba karena kekenyangan, ketoprak salah satunya. Nyam, nyam...

***

Sedikit bertanya-tanya, kok jualannya di dalam komplek sepi, ya? Meski seenak ini makanannya, akankah ramai pembeli?

Usut punya usut, lokasi dagang ini terhimpit rumah gedong yang rupanya dijadikan kantor, ada juga beberapa kantor besar seperti bank yang berada di ujung komplek. Jadi, pembeli pasti ramai saat jam masuk kantor pukul 07.00 - 08.30 dan jam makan siang mulai pukul 12.00.

Kalau dirimu mau mencoba gado-gado dan aneka makanan sederhana di sini juga bisa. Langsung saja ke Jl. Iskandarsyah II Melawai, atau mudahnya bisa lihat google maps dengan patokan Bank BNI KCU Melawai -- tepat disampingnya, beberapa pedagang makanan enak berjejer.

Menemani ibu berkegiatan di luar rumah, mengingatkan saya pada masa kecil, yang tak pernah lepas dari genggaman ibu. Dahulu, pergi kemana pun selalu ditemani ibu dan saya selalu memperkenalkan kegiatan baru yang saya jalani agar ibu tahu.

Kini, masa pun berganti. Seraya, ibu ingin juga ditemani beraktivitas dan memperkenalkan apa yang sedang menjadi rutinitasnya -- seperti apa saja yang sedang beliau jalankan, apa saja makanan yang saat ini menjadi favorit barunya.

Sederhana sih, tapi siapa sangka kalau dari hal kecil seperti ini terkadang kita sebagai anak sedikit cuek atau membebaskan begitu saja, atau mungkin karena saking sibuknya kita jadi sekadar menikmati lewat cerita yang disampaikan ibu saja.

Beruntungnya ketika ibu tak malu-malu mengajak beraktivitas. Tentu, tak berat pula meluangkan waktu untuk diri ibu -- menjadi momen sederhana yang selalu saya kumpulkan dan peluk, selagi ibu masih ada dan sehat.

Salam sehat dan hormat untuk seluruh ibu di dunia, kalian hebat!

Terima kasih banyak yaa, sudah mau mampir membaca aktivitas saya bersama ibu. Salam sehat dan bahagia selalu untuk dirimu yang lagi membaca. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun