Mohon tunggu...
Dimitri FebruarUsodo
Dimitri FebruarUsodo Mohon Tunggu... Administrasi - Leave Something for God but don't Leave God for Something

Leave Something for God but don't Leave God for Something

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Namamu Bukan Lagi Yaqob, Tetapi Israel

24 Desember 2018   09:00 Diperbarui: 24 Desember 2018   09:14 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENDAHULUAN

Ada ungkapan yang menyatakan bahwa, 'apalah arti sebuah nama', tetapi bagi kita orang Kristen, nama itu mempunyai arti dan kuasa bahkan menunjukan bagaimana orang tersebut menyandang nama itu. Yesaya menuliskan jauh sebelum Yesus lahir, 'Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel' (Yes 7:14), dan jabatan atau title yang disandang oleh Yesus, adalah; 'Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai' (Yes 9:5).

Kejadian 1 menuliskan bahwa pada mulanya penamaan itu hanya dilakukan oleh Allah kepada setiap ciptaan-Nya, tetapi sejak Allah menciptakan manusia, maka otoritas memberi nama yang sebelumnya dilakukan oleh Allah sendiri, kini tanggungjawab pekerjaan itu diberikan dan dilimpahkan menjadi tanggungjawab yang harus dilakukan oleh manusia, atas perintah Allah (Kej 2:19-20). Alkitab dalam susunan Kitabnya yang pertama telah menunjukan bahwa betapa berartinya nama itu dan arti dari sebuah nama tersebut.

Orang Israel dalam memberikan nama kepada anak-anak nya selalu dapat dipastikan bahwa mempunyai arti, baik nama itu diambil dari penggambaran keadaan bagaimana keadaan saat anak tersebut lahir, atau bagaimana anak itu akan menjadi seperti nama yang diberikannya.

Beberapa contoh nama-nama di dalam Alkitab yang diberikan berdasarkan dengan keadaan pada saat lahirnya atau diberikan berdasarkan dari suatu keadaan, atau bahkan nama tersebut diberikan kepada seseorang karena kondisi dari personnel tersebut akan suatu :

1. Kemudian Adam bersetubuh dengan Hawa, istrinya, dan hamillah wanita itu. Ia melahirkan seorang anak laki-laki dan berkata, "Dengan pertolongan TUHAN aku telah mendapat seorang anak laki-laki." Maka dinamakannya anak itu Kain. (Kej 4:1 - BIS).

2. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. (Kej 17:5).

3. Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, yang dilahirkan Sara baginya. (Kej 21:3).

Berkatalah Sara: "Allah telah membuat aku tertawa; setiap orang yang mendengarnya akan tertawa karena aku." (Kej 21:6)

Sara berkata, "Allah telah membuat saya tertawa karena gembira. Setiap orang yang mendengar hal ini akan tertawa gembira bersama saya." (Kej 21:6 - BIS)

Bandingkan dengan Kej 18:12-15

Sebab itu Sara tertawa dalam hatinya dan berkata, "Aku yang sudah tua dan layu begini, mana mungkin masih ingin campur dengan suamiku? --Lagipula suamiku sudah tua juga." Lalu TUHAN bertanya kepada Abraham, "Mengapa Sara tertawa dan meragukan apakah ia masih bisa melahirkan anak pada masa tuanya? Adakah sesuatu yang mustahil bagi TUHAN? Seperti telah Kukatakan tadi, sembilan bulan lagi Aku akan kembali ke sini. Dan pada waktu itu Sara akan melahirkan anak laki-laki." Karena Sara takut, ia menyangkal, katanya, "Saya tidak tertawa." Tetapi TUHAN menjawab, "Engkau memang tertawa tadi."

4. Keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau. (Kej 25:25)

Yang sulung warnanya kemerah-merahan, dan kulitnya seperti jubah yang berbulu. Sebab itu ia dinamakan Esau. (Kej 25:25 - BIS)

5. Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub (Kej 25:26)

Waktu anak yang kedua dilahirkan, tangannya memegang tumit Esau. Sebab itu ia dinamakan Yakub (Kej 25:26 - BIS)

KETETAPAN ALLAH

Ketetapan-ketetapan Allah dapat di definisikan sebagai rencana atau rencana-rencana abadi Allah yang dilandaskan pada pertimbangan Ilahi yang bijaksana dan sempurna serta kudus. Dengan jalan ini maka Allah secara bebas dan tidak berubah, demi kemuliaan-Nya sendiri, telah menetapkan baik secara efektif maupun secara permisif segala sesuatu yang akan terjadi.[1]

Yesus yang sejak mulanya telah ditetapkan oleh Allah sendiri untuk menjadi korban karya penyelamatan Allah yang diperuntukan bagi manusia yang jatuh ke dalam dosa di Taman Eden (Kej 3:15), dimana Alkitab menuliskan bahwa, 'keturunan perempuan (yang dinyatakan sebagai bentuk masculine) itu akan meremukan kepalamu (iblis)'. Hal ini dilakukan-Nya sebagai bentuk kasih-Nya kepada manusia dengan cara mati-Nya diatas kayu salib.

 Bahkan mati-Nya pun telah ditetapkan bagaimana hancur dan terhinanya dengan sangat Anak-Nya seperti yang sudah ditulis dan dinyatakan dengan sangat jelas dan gambling di dalam Mazmur 22: 'Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya' (7), Banyak lembu jantan mengerumuni aku; banteng-banteng dari Basan mengepung aku; mereka mengangakan mulutnya terhadap aku seperti singa yang menerkam dan mengaum. Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku' (12-18).

Juga Kitab Daniel menulis dan menggambarkan bagaimana Dia mendapat penolakan, 'Sesudah keenam puluh dua kali tujuh masa itu akan disingkirkan seorang yang telah diurapi, padahal tidak ada salahnya apa-apa' (Dan 9:26). 

Dengan lahir-Nya ke dunia, milik kepunyaan-Nya, Yesus menunjukan dengan setia dan taat bagaimana Ia mau menerima dan menjalankan segala ketetapan yang sudah ditetapkan oleh Bapa-Nya. Dia harus meninggalkan segala ke-Ilahian-Nya untuk umat-Nya yang dikasihi-Nya.

  

Demikian juga yang telah Ia tetapkan kepada Yaqob, yang dinyatakan-Nya kepada Ribka, pada saat Ribka datang kepada Tuhan karena kedua anaknya bertolak-tolakan, 'Tetapi anak-anaknya bertolak-tolakan di dalam rahimnya dan ia berkata: "Jika demikian halnya, mengapa aku hidup?" Dan ia pergi meminta petunjuk kepada TUHAN. Firman TUHAN kepadanya: "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda' (Kej 25:22-23).

 

ATRIBUT ALLAH

Enns dalam bukunya menuliskan bahwa[1], atribut-atribut Allah biasanya diklasifikasikan di bawah dua kategori. Pasangan sifat digunakan bergantung pada banyaknya kontras yang ingin ditekankan oleh teolog. Klasifikasinya sering memasukan absolut dan relative, dapat dikomunikasikan dan tidak dapat dikomunikasikan, (intransitf dan transitif), atau moral dan non-moral.

Atribut Absolut -- Tidak Berubah 

Tidak berubah adalah kesempurnaan dari Allah dimana ia terhindar dari segala perubahan, bukan hanya keberadaan-Nya, namun juga kesempurnaan-Nya, dan dalam segala tujuan dan janji-Nya, dan artinya bebas dari semua kenaikan atau penurunan dan dari semua pertumbuhan atau penuaan dalam keberadaan dan kesempurnaan-Nya.

  

Atribut Relatif -- Keadilan

Keadilan kadang dipakai bersama dengan kata kebenaran Allah. Keadilan Allah berarti bahwa Allah secara keseluruhan benar dan adil dalam semua urusan-Nya dengan umat manusia, lebih dari itu tindakan keadilan ini sesuai dengan hukum-Nya. Oleh karena itu, keadilan Allah berhubungan dengan dosa manusia. Karena hukum Allah me-refleksikan standard Allah, maka Allah adalah benar dan adil pada waktu Ia menghakimi manusia pada waktu mereka melanggar hukum Allah yang diwahyukan-Nya. 


 

PEMBAHASAN

Setelah genap harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang di dalam kandungannya.  

'Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub' (Kej 25:26), demikianlah Yaqob diberi nama sesuai dengan bagaimana keadaannya pada saat dia dilahirkan. 

 

Karakter Pemimpin

Seorang pemimpin dapat menjadikan sesuatu itu menjadi sangat berguna lewat sesuatu kerusakan, tetapi tidak semua pemimpin dapat melakukan hal seperti itu, karena masalah terbesar adalah karakter dari seorang pemimpin itu. Itulah hal yang dialami dalam hidup Jaqob.

 

Sejak dari mulanya Jaqob telah mempunyai pengaruh yang sangat besar atas apa yang dikerjakannya, dan kemanapun ia pergi, Yaqob dapat mengendalikan keadaan. Dia dapat menangkap pesan dan memahami apa maksud yang diinginkan dan yang ada di hati Ribka, ibunya, dan hak anak sulung atas Esau, saudaranya, serta Yaqob dapat membelokkannya sehingga Yaqoblah yang menerima berkat dari Ishak, ayahnya (Kej 27). Yaqob juga mampu mejadi pengaruh yang sangat besar dan bahkan mampu mendatangkan berkat kekayaan bagi Laban, mertuanya (Kej 30:27-30 -- BIS). Dan pada akhirnya, kepemimpinan Yaqob menjadikannya diberkati dengan sangat dan menjadi sejahtera, serta olehnya, melalui 12 orang anak yang diperolehnya, berdirilah suatu bangsa Ibrani.

Tetapi seorang pemimpin yang hanya hidup dengan caranya sendiri dan untuk kepentingan dirinya sendiri, tidak akan dapat menjadi alat-Nya di tangan-Nya yang effective. Allah membentuk Jaqob dengan cara-Nya, dan membuat Jaqob menjadi berarti, dan dipakai Allah menjadi alat-Nya sesuai rencana-Nya.[2] 

  

Sifat dan Karakter Yaqob:

1. Tenang

Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah (Kej 25:27 - TB).

2. Taat

Yaqob sangat mengerti, paham dan menghargai 'Hak Anak Sulung', hal ini terlihat sangat jelas dimana Alkitab mencatatnya bahwa pada saat Esau datang dengan keadaan yang sangat lapar dan meminta kacang merah kepada Yaqob (Kej 25:30 - BIS), maka Yaqob menyambut permintaan Esau tersebut dengan menawarkan keinginan Esau untuk menukarkan hak anak sulungnya (Kej 25:31 - BIS). Esau menyambut tawaran Yaqob tersebut dan tanpa pikir panjang bahkan dengan mudahnya melepaskan hak anak sulungnya tersebut kepada Yaqob serta mengatakan bahwa 'Peduli apa hak itu bagi saya. Saya lapar setengah mati!' (Kej 25:32 -- BIS). Bahkan untuk meyakinkan kembali akan hal tersebut, Yaqob memastikannya dengan meminta Esau untuk bersumpah dalam melepaskan hak anak sulungnya (Kej 25:33 -- BIS), Kejadian 25:34 menggambarkan dengan jelas bagaimana Esau sangat memandang rendah hak anak sulung tersebut.

Ketaatan Yaqob juga terlihat pada saat Ribka, ibunya, mengajaknya berkolaborasi untuk supaya Yaqob mendapatkan berkat anak sulung yang dari Ishak, ayahnya, dan Yaqob bahkan mencoba untuk mengingatkan Ribka akan kutuk yang akan diterima Yaqob jika ayahnya mengetahui bahwa dirinya bukanlah Esau (Kej 27:11-12).

Ketaatan Yaqob tidak hanya kepada Ribka, ibunya, tetapi ditunjukannya juga kepada Ishak, ayahnya, pada saat Ishak memintanya untuk tidak mengambil perempuan Kanaan menjadi istrinya, tetapi dari sanak keluarga ibunya, dan dengan tanpa menunda-nunda, Yaqob bersegera menjalankannya (Kej 28:1-5).


3. Tekun

Empat belas tahun bukanlah waktu yang singkat yang harus dilalui oleh Yaqob untuk mendapatkan Rahel, wanita yang disayanginya untuk menjadi istrinya walau harus menjalaninya dengan terlebih dahulu menerima syarat yang diajukan oleh Laban, mertuanya, untuk bekerja selama 7 tahun (Kej 29:20), bahkan pada saat tiba waktunya dan Laban menukar Rahel dengan Lea (Kej 29:23), lalu Yaqob kembali harus menerima syarat yang diajukan oleh Laban dengan bekerja kembali dalam rentang waktu yang sama dengan syarat sebelumnya yang pernah diajukan oleh Laban, yaitu selama 7 tahun periode kedua untuk Yaqob berjuang mendapatkan Rahel, wanita yang disayanginya (Kej 28:27-28). Sampai pada akhirnya Laban, mertua Yaqob mengakui bahwa oleh karena Yaqoblah ia menjadi terberkati dan hartaya menjadi lebih banyak (Kej 30:27-30 -- BIS).

   

Tangguh dan tidak mudah menyerah

Setelah Yaqob menyeberangkan segenap keluarganya dan segenap kepunyaannya melewati Sungai Yabok, lalu datanglah seorang laki-laki, Malaikat Allah bergulat dengannya sampai menjelang pagi, lalu Malaikat itu memukul pangkal paha Yaqob ketika Yaqob tidak mau melepasnya karena Yaqob menginginkan untuk mendapatkan berkat dari Malaikat itu terlebih dahulu, dan pada saat itulah Malaikat itu berkata kepada Yaqob, 'namamu bukan lagi Yaqob, tetapi Israel' (Kej 32:22-30).

Seorang Pemimpin atau seorang kepala keluarga atau setiap kita harus bergumul dengan Allah untuk mendapatkan berkat-Nya yang sudah Ia siapkan.

Allah memberkati Yaqob karena:[1]

a. Jaqob mempunyai waktu sendiri dengan Allah / alone with God (Kej 32:24), mampu meyingkirkan semua gangguan untuk waktu intim dengan Allah.

b. Jaqob sangat ingin bersama dengan Allah / hungry for God (Kej 32:26), mempunyai tekad secara mati-matian ingin mendapatkan apa yang Allah punya dan yang menjadi bagiannya.

c. Jaqob mau dihancurkan dan dibentuk oleh Allah / broken by God (Kej 32:25-28), mau menerima dan mengijinkan Allah untuk menghancurkan dan merubah hidupnya.

d. Jaqob jujur kepada Allah / honest with God (Kej 32:27), berlaku jujur pada saat Allah membentuk hidupnya.


PERENUNGAN

Belajar dari pribadi Yaqob yang dapat kita jadikan perenungan pada Natal kali ini, biarlah:

a. Kita semakin mengetahui lebih dalam lagi dan menyadari bahwa Allah sendiri yang sudah menetapkan kita sejak dari mulanya, dan kita lebih memahami, mengerti dengan benar terlebih menghargai akan hak anak sulung yang Allah sudah berikan kepada kita.

b. Dan kita mau taat serta tekun dalam menjalankan segala ketetapan-ketetapan Allah yang sudah diberikannya kepada kita untuk kita dapat aplikasikan dengan benar dalam setiap segi kehidupan keseharian kita.

c. Sehingga kita cukup tangguh dan tidak mudah menyerah dalam iring Dia, terlebih pada saat Allah membentuk kita menjadi alat-Nya, dan dengan hati jujur dan hancur kita datang merendahkan diri kepada-Nya, bahkan semakin haus untuk terus mempunyai waktu khusus dekat dengan Allah, untuk mendengar suara-Nya atas apa yang Dia kehendaki dalam hidup kita, juga berkat-berkat yang memang sudah menjadi milik kita dan yang sudah Dia sediakan untuk kita. 

Hingga sampai pada akhirnya Allah sendiri mengatakan dan menyatakan kepada kita, 'namamu bukan lagi Yaqob, tetapi Israel'. Israel yang adalah anak-Nya (Kel 4:22), dan Israel yang adalah alat-Nya untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa (Yes 42:6-8).

 

   

Daftar Pustaka

Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 2015

John C. Maxwell, Maxwell Leadership Bible, USA: Thomas Nelson, 2007

Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, Malang: Literatur Saat, 2016

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun