"Ada bakso goreng enak," kata Nona.
Sebagai laki-laki yang jika berkata terserah mau makan apa, benar-benar berarti makan apa saja, tentu tidak menolak. Saya pernah makan bakso agak lain, yaitu bakso bakar dan rasanya enak. Mungkin bakso goreng juga akan menggugah selera saya. Bakso goreng itu ada di Yung Bangka Es, tempat makan bakmi bangka.
"Oke! Bakso goreng," sahut saya.
Kami perlahan dan syahdu melintasi Taman Air Mancur di Kota Bogor dengan langit agak biru gelap menuju Magrib ditambah akhir pekan yang cukup sepi karena besok sudah hari Senin.
Tapi, baru sampai saya sudah dibuat kecewa. Bakso goreng sudah habis tak bersisa. Asal kamu tahu, katanya bakso goreng hanya ada di akhir pekan. Sudah jauh, hanya ada di akhir pekan, habis pula. Memang rezeki akan ke mana jika memang bukan waktunya.
Baiklah. Sudah kadung tiba. Pantang pulang sebelum kenyang.
Kami pesan ayam kuluyuk dan bakmi bangka. Minumnya es kelapa dan teh tawar hangat. Minuman favorit saya kalau sedang melancong kuliner ada dua, teh tawar hangat dan minuman soda. Teh tawar hangat untuk menetralkan mulut (apa pun makanannya) dan soda kalau makan makanan berlemak seperti steak misalnya.
Kalau minuman favorit Nona lebih beragam. Tergantung tempat makannya. Nona tahu minuman mana yang enak dan segar di tempat yang bersangkutan.
Tidak terlalu lama, pesanan kami datang. Kami sengaja memesan dua menu tadi karena ingin dibagi dua. Kedua menu makanan itu porsinya bagi kami terlalu besar.
Bakmi bangka disajikan terpisah dengan kuah dan bakso pangsit rebusnya. Saya lahap menyantap bakmi bangka tersebut. Saya santap tanpa kecap, sambal, dan saus. Kebiasaan saya menyicip rasa originalnya untuk pertama kali lebih dulu. Badan saya bergoyang-goyang dan kepala mengangguk-angguk. Rasanya sudah enak dan maknyus.
Setelah itu, baru saya tambahkan saus, kecap, dan sambal sesuai selera saya. Racikan yang saya suka rasanya seperti mie yamin dengan ada rasa manis dan pedas. Saus dan sambal, kemudian kecap dengan porsi yang lebih banyak.