Mohon tunggu...
Dimas Yuri Ramdhana
Dimas Yuri Ramdhana Mohon Tunggu... Lainnya - Editor dan Penulis Lepas

https://www.froyonion.com/news/potensi-diri/kejar-cita-cita-ala-charles-bukowski

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Meromantisasi Perjalanan dengan Kereta

9 Januari 2023   16:37 Diperbarui: 10 Januari 2023   12:11 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pintu kereta adalah primadona, baik duduk tepat di pintu kereta maupun di sisinya. Nyaman sekali karena ada angin sepoi, pemandangan, dan napas yang bebas walaupun lutut terancam beton dan mesti berdiri ketika memasuki stasiun. Kalau hujan turun, bagiku itu anugerah. Basah sedikit tidak apa. Aku menikmatinya.

Duduk di pintu membuat kita terpapar angin segar secara langsung. Kau pikir di dalam kereta dengan puluhan ketiak dan beberapa orang yang belum mandi tidak membuat mata sakit dan kepala berkunang-kunang?

Suka ada yang menaruh permen asem atau jahe di paha atau tas lalu pergi dan kemudian dia kembali lagi sembari menagih uang kepada yang mengambil dan membuka bungkus permen tersebut. Teknik pemasaran yang unik, menggoda, namun mengandung unsur scam dan pemaksaan. Sulit bagiku menolak permen asem. Mereka tahu saja aku suka dan kebetulan sedang butuh permen.

Pernah dulu saat aku kecil, ayah mendudukkanku di sisi pintu kereta bersama adikku. Ayah dan ibu ada di sisi lain pintu. Tiba-tiba ada pemuda muncul dan mengajak kami mengobrol sambil teler. Ia mengira kami hanya berdua.

Ayah tidak tinggal diam. Ia membentak dan pemuda itu pun kabur. Setelah dewasa dan mengetahui sedikit tentang dunia bawah tanah, ternyata aku dan adikku hampir saja terancam sesuatu yang gelap. Terlalu gelap dan miris jika aku menuliskan apa yang anak-anak jalanan rasakan.

Aku tidak meromantisasi tentang dinamika kereta listrik ekonomi waktu dulu. Tentang jendela dan pintu yang terbuka, pedagang dan pengamen yang lalu lalang, hingga para penjahat yang berkedok.

Tentu kondisi KRL sekarang jauh lebih baik, lebih tertib, lebih taat demi kenyamanan bersama. Penjahat, durjana, dan orang-orang yang iseng dalam kesempitan memang selalu ada. Bukan berarti dengan kondisi yang lebih baik orang-orang seperti mereka tidak ada.

Suatu kali saat dalam perjalanan pulang kerja di kereta kekasihku menelepon, "I love you, Mas," katanya. Aku diam agak lama dan dia ngeh, "Lagi duduk mepet-mepet ya?" Aku tertawa kecil, "Iya. Bapak-bapak," bisikku.

Ia malah makin menjadi-jadi. "I love you! I love you! I love you!" serunya. Akhirnya, aku menyerah dan berbisik lembut, "I love you, Sayang."

Aku rasa bapak-bapak yang duduk di sebelah dan saling bertemu paha denganku bisa mendengar pembicaraan kami. Aku pasrah jika ia mengatai aku pria yang bucin. Masa bodoh lah.

Aku suka naik kereta, turun di stasiun, lalu melihat pemandangan kota. Rasanya begini saja sudah seperti jalan-jalan dan sudah mendapatkan hiburan. Kali ini aku akui, aku meromantisasinya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun