Mohon tunggu...
Dimas Rachman Aditya
Dimas Rachman Aditya Mohon Tunggu... -

Dimas Rachman Aditya atau sering dipanggil Dimas, manusia asli Bantul, alumni dari SMA N 1 Jetis, melanjutkan pendidikan SI sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora U.I.N Sunan Kalijaga Yogyakarta (akt.2015/2016).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bunuh Diri di Jembatan Sapon, Tragedi Terjadi Lagi !

8 September 2015   20:48 Diperbarui: 9 September 2015   17:33 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Jembatan Sapon sore hari setelah kejadian

Selasa pagi, 8 September 2015, warga dari berbagai daerah berdatangan menuju Jembatan Sapon, jembatan kecil yang berada di atas dam atau bendungan air sebagai penghubung Dusun Bendo, Trimurti, Srandakan, Bantul dengan Kecamatan Lendah, Kulon Progo, Yogyakarta. Kedatangan mereka pada hari itu bukan untuk refresing ataupun jalan-jalan tetapi untuk melihat kejadian yang menggegerkan dan tidak biasa.

Berawal ketika warga setempat menemukan jasad seorang wanita mengapung pada pagi hari setelah waktu subuh di Sungai Progo tepatnya di bawah Jembatan Sapon. Dari identitasnya wanita tersebut diketahui berinisial S berasal dari Dusun Paten, Trimurti, Srandakan, Bantul yang memang tidak begitu jauh dari tempat kejadian.

Wanita paruh baya tersebut berusia sekitar 47 tahun, ia diduga mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari atas Jembatan Sapon yang mempunyai tinggi kurang lebih sekitar 8 meter.

Saat ditemukan, korban sudah dalam keadaan meninggal dunia di tempat, masih mengenakan pakaian lengkap beserta jam tangan yang menempel di tangannya, dengan kondisi terlungkup dan mengalami pendarahan hebat di bagian belakang kepala, mungkin karena terbentur beton penyangga jembatan yang berada tepat di bawah jembatan, kondisi sungai yang hampir kering karena musim kemarau menyebabkan intensitas volume dan alirannya tidak terlalu tinggi sehingga apabila ada yang jatuh dari jembatan tersebut maka akan langsung membentur beton yang berada di bawahnya . Tim SAR yang datang beserta polisi dan warga setempat berusaha mengevakuasi jasad korban menuju ambulans dan kemudian dilarikan ke rumah sakit untuk keperluan otopsi. Polisi sendiri telah memeriksa TKP dan para saksi untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut serta untuk mengetahui kronologis sebenarnya kejadian tersebut.

Saksi mata yang menggendong tubuh korban dari sungai itu mengaku bahwa ia juga mengenal korban, tetapi ia tak pernah menyangka bahwa S melakukan hal nekad semacam itu. Suami beserta anak-anak korban yang datang di TKP tidak dapat menyembunyikan kesedihan atas kepergian Ibu mereka yang meninggalkan mereka dengan cara tragis. Korban atau S ini sendiri dikenal baik di masyarakat, tetapi menurut saksi mata yang mengenal korban, karena masalah intern keluarga dan kebutuhan hidup yang ia alami menyebabkan dia memilih jalan singkat untuk mengakhirinya yaitu dengan cara bunuh diri.

S sendiri diduga melakukan tindakan tersebut karena desakan ekonomi yang ditanggungnya. Alasan tersebut dikuatkan oleh seorang saksi mata yang merupakan teman korban sewaktu sekolah dulu sempat menuturkan bahwa sebelumnya S sempat pergi kerumahnya, padahal S sangat jarang bertemu dengannya selama beberapa bulan terakhir. “Dia sempat kerumah saya malam minggu (5/9/2015) kemarin pada waktu magrib hingga waktu isya’, dia sempat curhat tentang masalah-masalah yang dia alami lalu pulang dengan memeluk dan meminta maaf kepada saya atas perbuatannya selama ini, saya sendiri tidak punya firasat apa-apa akan hal terssebut dan saya hanya memberikan nasihat agar dia sabar akan cobaan yang menimpanya” kata Ibu Pur teman korban dengan nada sedih.

 

Korban yang telah di otopsi pun akhirnya dibawa ke tempat tinggalnya sekarang yang berada di daerah Bantul untuk dimakamkan pada selasa sore.

Sebenarnya Jembatan Sapon yang sekaligus menjadi bendungan Sungai Progo ini telah dikenal karena banyak sekali kejadian-kejadian tragis yang terjadi di tempat ini yang tak dapat disebutkan satu per satu. Salah satunya pada bulan ramadhan tahun 2014 pernah ada seorang anak yang sedang asyik-asyiknya berenang bersama teman-temannya, karena kelalaian ia pun terseret arus arus yang deras dan ditemukan meninggal tepat di bawah Jembatan Sapon tersebut. Warga tidak dapat menyelamatkan korban karena aliran sungai yang sangat deras. Kejadian semacam itu memang sangat disayangkan karena pemikiran yang salah, masyarakat jadi menganggap Jembatan Sapon sebagai sarana untuk bunuh diri yang efektif ataupun sering dianggap sebagai tempat angker dan menakutkan karena banyak orang yang telah meninggal di tempat itu, pengawasan oleh warga sekitar jembatan menjadi penting agar kejadian atau tragedi-tragedi semacam ini dapat dicegah dan tidak terulang lagi di kemudian hari.

 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun