Onani dan Pornografi adalah bahaya yang sering dianggap ringan. Terutama untuk anak-anak dan remaja yang akan beranjak dewasa.
Banyak orang melakukan onani dan pornografi, dalam bahasa gaul sering disebut bokep, menjadi "acuan" nya hanya untuk pelampiasan atau bahkan untuk menghindari zina.Â
Namun, pandangan ini perlu dikaji lebih dalam, karena dalam Islam (atau mungkin agama lainnya), onani tetap dilarang dan secara medis pun membawa dampak buruk.
Al-Qur'an menegaskan dalam Surah Al-Mu'minun ayat 5--7, bahwa orang beriman adalah mereka yang menjaga kemaluannya kecuali pada pasangan yang sah.Â
Dengan kata lain, menyalurkan syahwat di luar jalur halal termasuk perbuatan tercela.
Dampak Medis dan Psikologis
Menurut penelitian dari American Journal of Psychiatry, konsumsi pornografi berlebihan dapat menimbulkan kecanduan mirip narkoba, karena dopamin di otak dilepaskan secara berlebihan.Â
Hal ini membuat seseorang sulit merasa puas dengan hal normal dalam kehidupan nyata.
Dari sisi medis, dilansir dari media Cleveland Clinic, onani yang berlebihan bisa menyebabkan kelelahan, nyeri otot, bahkan menurunkan gairah terhadap pasangan yang sah. Dalam jangka panjang, ini dapat memicu disfungsi seksual.
Secara psikologis, dikutip dari Psychology Today, kebiasaan menonton pornografi menurunkan rasa percaya diri, membuat seseorang merasa bersalah, dan menimbulkan kesepian.
Neurosains: Efek pada Otak
Dari perspektif neurosains, pornografi memengaruhi reward system di otak.Â
Penelitian oleh Dr. Valerie Voon dari University of Cambridge menunjukkan bahwa pecandu pornografi memiliki pola aktivitas otak yang sama dengan pecandu narkoba saat melihat pemicu kecanduannya.
Artinya, semakin sering seseorang mengonsumsi pornografi sambil onani, semakin kuat "jalur kebiasaan" ini di otak. Akibatnya, sulit untuk berhenti tanpa usaha yang serius.
Dampak Sosial dari Onani dan Pornografi
Selain memengaruhi diri sendiri, kebiasaan onani dan pornografi juga berdampak pada lingkungan sosial.Â
Menurut riset yang dikutip dari Journal of Behavioral Addictions, individu yang kecanduan pornografi cenderung mengalami penurunan kualitas hubungan dengan keluarga, pasangan, dan teman.Â
Mereka sering menarik diri dari interaksi nyata karena lebih memilih "dunia fantasi".
Kebiasaan ini juga memengaruhi produktivitas. Banyak kasus mahasiswa dan pekerja yang kehilangan fokus, menunda pekerjaan, atau sulit konsentrasi karena pikirannya terganggu dorongan untuk kembali mengakses konten pornografi.Â
Dalam jangka panjang, hal ini bisa merusak prestasi akademik maupun karier.
Lebih jauh, pornografi juga menumbuhkan standar semu dalam relasi seksual. Hal ini berbahaya karena dapat menciptakan ketidakpuasan dalam pernikahan, bahkan memicu perselingkuhan.Â
Dampak sosial ini seringkali luput dibicarakan, padahal sama seriusnya dengan dampak medis maupun psikologis.
Solusi Sehat untuk Bebas dari Onani dan Pornografi
Menghentikan onani dan pornografi memang tidak mudah, tapi sangat mungkin dilakukan dengan langkah kecil setiap hari.Â
Berikut beberapa "daily anti bokep dan onani" yang bisa dipraktikkan:
Perkuat spiritualitas perbanyak doa, dzikir, dan tilawah untuk menjaga hati tetap bersih.
Batasi akses digital pasang aplikasi filter konten dewasa dan batasi penggunaan internet di kamar pribadi.
Alihkan energi rutin olahraga, membaca, atau mengembangkan hobi baru.
Bangun lingkungan sehat jauhi teman atau komunitas yang sering berbagi konten pornografi.
Self-talk positif biasakan berbicara pada diri sendiri dengan kalimat "saya bisa mengendalikan diri".
Cari dukungan jika perlu, konsultasikan dengan psikolog atau terapis.
Onani dan pornografi, meskipun sering dianggap sebagai pelampiasan "aman", ternyata membawa dampak serius pada otak, psikologi, sosial, dan spiritual.Â
Islam menuntun umatnya untuk menjaga diri dari hal ini, sementara ilmu medis dan neurosains pun memperkuat bahwa kebiasaan ini merugikan.
Dampak sosialnya bahkan lebih luas, karena bisa merusak hubungan, menurunkan produktivitas, dan menciptakan standar semu dalam kehidupan seksual.
Jalan keluar selalu ada, asalkan ada niat kuat, strategi sehari-hari, dan dukungan lingkungan yang sehat.Â
Membebaskan diri dari onani dan pornografi bukan hanya urusan moral, tetapi juga kunci untuk hidup lebih sehat, fokus, produktif, dan bermakna.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI