Mulai dari kasus suap pejabat daerah, manipulasi anggaran, hingga skandal proyek infrastruktur.
Contoh mencolok adalah kasus korupsi BTS 4G yang menyeret eks Menkominfo Johnny G. Plate. Negara dirugikan hingga Rp8,03 triliun hanya dari satu kasus.Â
Belum lagi kasus lain seperti dugaan korupsi tunjangan kinerja Kementerian ESDM, atau mafia proyek jalan di daerah.
Dan yang terbaru, publik kembali diguncang oleh kasus yang menyeret mantan wakil menteri Immanuel Ebenazer alias Noel, yang juga mantan aktivis, yang ditangkap terkait dugaan tindak pidana korupsi.Â
Kasus ini menambah panjang daftar bukti bahwa praktik busuk tersebut tidak mengenal batas profesi. Bahkan mereka yang sebelumnya dikenal sebagai "pengkritik" pun bisa terjerat jika terbuai oleh godaan.
Apalagi Noel dikenal sangat keras, bukan saja mengkritik tapi juga ketegasannya yang meminta agar setiap pelaku korupsi di hukum mati. Sama seperti ketika Anas Urbaningrum yang sangat pede dan siap digantung di monas ketika korupsi.
Tender Proyek dan "Permainan Lama"
Jauh sebelum kasus-kasus terbaru, praktik korupsi di Indonesia sudah lama dikenal lewat skema tender proyek.Â
Misalnya, permainan mark-up anggaran pembangunan infrastruktur yang membuat kualitas jalan cepat rusak meski baru dibangun. Publik tentu tidak asing dengan istilah "proyek asal jadi" yang ujung-ujungnya merugikan masyarakat.
Menurut laporan Indonesia Corruption Watch (ICW), modus korupsi proyek daerah paling banyak dilakukan melalui pengadaan barang dan jasa.Â
Polanya seragam: proyek dikerjakan asal-asalan karena nilai anggaran sudah dipotong lewat praktik kolusi sejak awal.