Ruang sidang mendadak gaduh. Bukan karena vonis mengejutkan, tapi karena Nikita Mirzani melontarkan tudingan mengenai produk skincare dr. Reza Gladys yang belum terdaftar di BPOM.Â
Meskipun terkesan sepele, tudingan Nikita Mirzani itu menimbulkan adu argumen panas dengan dr. Reza Gladys, saksi pelapor dalam kasus dugaan pemerasan dan TPPU yang menyeret nama Nikita.Â
Dikutip dari Kompas TV, Rabu, (24/07/2025), hakim sampai harus memanggil keduanya ke depan untuk menjernihkan situasi, tapi ketegangan tetap terjadi.
Ironisnya, substansi dari perdebatan ini sangat penting, yakni apakah produk yang beredar di masyarakat telah melalui uji keamanan resmi? Tapi media, publik, dan netizen justru terpaku pada gaya bicara, ekspresi marah, dan "siapa yang menang adu suara".
Nikita dan Magnet Konflik
Nikita Mirzani bukan fenomena biasa. Ia adalah figur publik yang berhasil memelintir konflik menjadi panggung. Banyak yang mencibirnya sebagai 'artis sensasi', tapi tak sedikit juga yang menyebutnya berani dan lantang.Â
Apa pun itu, satu hal jelas: ia tahu cara bermain di medan yang disebut "perhatian publik".
Dalam dunia digital saat ini, perhatian adalah mata uang. Dan konflik adalah alat tukarnya.
Media, Emosi, dan Industri Perhatian
Media massa, khususnya portal daring dan infotainment, merespons dengan cepat. Potongan klip sidang tersebar, headline dengan huruf kapital dibuat seprovokatif mungkin.Â
Bukan soal "apakah Reza melanggar aturan distribusi kosmetik?" tapi "Nikita ngamuk! Ruang sidang ricuh!"