Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Author, BNSP Certified Screenwriter, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nikita Mirzani dan Budaya Konsumsi Konflik: Ketika Emosi Jadi Tontonan Nasional

25 Juli 2025   06:51 Diperbarui: 25 Juli 2025   06:51 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nikita Mirzani dan Budaya Konsumsi Konflik: Ketika Emosi Jadi Tontonan Nasional, sumber foto: Instagram @nikitamirzanimawardi_172

Ruang sidang mendadak gaduh. Bukan karena vonis mengejutkan, tapi karena Nikita Mirzani melontarkan tudingan mengenai produk skincare dr. Reza Gladys yang belum terdaftar di BPOM. 

Meskipun terkesan sepele, tudingan Nikita Mirzani itu menimbulkan adu argumen panas dengan dr. Reza Gladys, saksi pelapor dalam kasus dugaan pemerasan dan TPPU yang menyeret nama Nikita. 

Dikutip dari Kompas TV, Rabu, (24/07/2025), hakim sampai harus memanggil keduanya ke depan untuk menjernihkan situasi, tapi ketegangan tetap terjadi.

Ironisnya, substansi dari perdebatan ini sangat penting, yakni apakah produk yang beredar di masyarakat telah melalui uji keamanan resmi? Tapi media, publik, dan netizen justru terpaku pada gaya bicara, ekspresi marah, dan "siapa yang menang adu suara".

Nikita dan Magnet Konflik

Nikita Mirzani bukan fenomena biasa. Ia adalah figur publik yang berhasil memelintir konflik menjadi panggung. Banyak yang mencibirnya sebagai 'artis sensasi', tapi tak sedikit juga yang menyebutnya berani dan lantang. 

Apa pun itu, satu hal jelas: ia tahu cara bermain di medan yang disebut "perhatian publik".

Dalam dunia digital saat ini, perhatian adalah mata uang. Dan konflik adalah alat tukarnya.

Media, Emosi, dan Industri Perhatian

Media massa, khususnya portal daring dan infotainment, merespons dengan cepat. Potongan klip sidang tersebar, headline dengan huruf kapital dibuat seprovokatif mungkin. 

Bukan soal "apakah Reza melanggar aturan distribusi kosmetik?" tapi "Nikita ngamuk! Ruang sidang ricuh!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun