Dilansir dari Relasi Nasional dan CQ Foundation, ia menghadapi kesepian sebagai mualaf baru dan cibiran dari sebagian masyarakat, termasuk dari kalangan Muslim sendiri.
Namun Nuray tetap tegar.
Ia menegaskan bahwa hanya Allah yang berhak menghakimi dirinya.
"Allah satu-satunya yang bisa menghakimi saya," ucapnya tegas dalam beberapa wawancara.
Kini ia aktif belajar bahasa Arab, memperdalam bacaan Al-Qur'an, dan bercita-cita suatu hari nanti bisa membaca Al-Qur'an di depan Ka'bah.
Ia juga rutin hadir di acara dakwah dan event spiritual seperti Amazing Muharram 2025 dan Sneaker Con SEA.
Sebuah Pesan untuk Kita Semua
Melihat perjalanan hidup Nuray, kita belajar satu hal penting:
Seringkali manusia terlalu cepat menilai orang lain dari masa lalunya, padahal hanya Tuhan yang berhak menghakimi.
Kita lupa, bahwa setiap orang berhak untuk berubah.
Dan perubahan itu adalah perjalanan yang panjang, penuh luka, air mata, dan keteguhan hati.
Semoga kisah Nuray Istiqbal menjadi pengingat bagi kita untuk lebih bijak menilai orang lain, serta lebih serius memperbaiki diri sendiri.***