Untuk Ramadan tercinta,Aku menulis untaian kata ini dengan hati yang masih hangat oleh keberkahanmu. Kau baru saja melangkah pergi, meninggalkan jejak suci yang masih terasa dalam doa-doa dan lantunan ayat yang bergetar di dada.Â
Namun, seperti seorang kekasih yang berjanji untuk kembali, aku tahu kau akan datang lagi. Dan aku ingin kau tahu, aku akan menunggumu dengan rindu yang tak berkurang barang sedikit pun.
Semoga kelak aku masih bisa menjumpaimu...Aamiin..
Ramadan, setiap tahun kau datang membawa pelukan hangat, menenangkan hati yang letih dan jiwa yang gersang. Kau ajarkan aku tentang sabar dalam lapar, tentang syukur dalam berbuka, dan tentang ikhlas dalam setiap sujud yang kugelar.Â
Kau perkenalkan aku pada sunyi yang penuh makna, pada malam-malam yang lebih berharga dari seribu bulan.
Namun, Ramadan, apakah aku telah menjadi tuan rumah yang baik untukmu?Â
Apakah aku menyambutmu dengan kebersihan hati, atau justru masih ada noda-noda dunia yang menghalangi cahaya keberkahanmu?Â
Aku takut, jika tahun ini aku tak cukup baik dalam merangkai ibadah, dalam melangitkan doa, dalam menjalin kasih dengan sesama.Â
Aku takut kau berlalu dengan kecewa, meninggalkan aku dalam penyesalan.
Ramadan, tahun depan aku ingin lebih baik, jika waktuku ada untuk menjumpaimu. Aku ingin menantimu dengan persiapan yang lebih matang, dengan hati yang lebih lapang, dengan iman yang lebih kuat.Â
Aku ingin menyambutmu bukan hanya dengan lembaran jadwal puasa, tetapi juga dengan niat yang tulus untuk berubah. Aku ingin menjadikanmu sahabat sejati, bukan sekadar tamu yang singgah sebentar dan terlupakan.
Aku ingin lebih mencintai sahur dan berbuka dengan kesederhanaan, bukan dengan nafsu yang berlebihan.Â