Mungkin hampir setiap anak akan terngiang sosok ibunya, begitu pula dengan saya, inspirasi mama di dalam kisah hidupnya senantiasa terngiang.
Inspirasi mama tentang cinta dan sosoknya sebagai wanita karir dan seniman, bukan saja menancap di dasar jiwa ini, tapi juga di setiap orang yang mengenalnya.
Mbak Tien, demikian banyak kawannya memanggil. Atau untuk rekan dan anak-anak  muda yang mengenalnya sering memanggil Mami.
Sosoknya yang selalu tersenyum dan menyapa ramah dengan gaya "njawani"Â alias orang Jawa yang menunjukan perilaku atau tata Krama yang ada di Jawa, sangat menimbulkan kesan mendalam.
Ketika orang saja merasakan sangat kehilangan dengan wafatnya sekitar 15 tahun silam, apalagi saya, anak bungsunya.
Sepanjang usia saya dan usia almarhumah, sepengetahuan saya, jarang sekali ia menunjukkan amarah kepada orang. Emosinya selalu tertahan dan dirinya juga senantiasa berupaya mencari "win win solution" dalam aneka permasalahan.
Mungkin itulah yang membuat anak buah dan rekan kerjanya di Televisi Republik Indonesia (TVRI) merasa nyaman jika bersamanya.
Sering saya melihat kelembutan mama dalam memberikan penjelasan kepada anak buahnya saat sedang tugas menata dekorasi di studio TVRI.
Setiap lebaran, mama selalu mengecek pekerjaannya sebelum silaturahmi ke keluarga besar, sesuatu yang harusnya bisa saja di delegasikannya dengan mudah.
Mama adalah art designer pertama dan rasanya juga satu-satunya yang dimiliki TVRI, dimana rekan kerjanya di bidang ini hampir seluruhnya lelaki, terutama timnya.
Orang properti, set builder dan asistennya semua lelaki yang boleh dibilang sebagai pekerja kasar serta nyentrik.